Jika hati tertaut sebuah rasa,
Aku tertawan akan karsa tuk merasa...
Sadarku akan dirimu, merontokkan angan imajinasiku...
Puing-puing ke raguan terhempas oleh inti jiwamu...
Ku berharap rasamu Dan rasaku bersenyawa dalam
naungan penguasa hembusan sukmaku dan sukmamu...
Titian takdirlah yang mempertemukan damainya
rinduku Dan rindumu...
Bila beradaku bukan kehendakku, apa dayaku menangkap
karsamu bila karsamu begitu mutlak atas diriku...
Tuntunlah buta ilmuku kepada cahaya agungmu bila
cahayamu paling terang dari segala yang terang...
Apa arti dari lampu alalku yang kian kelam oleh malam...
Masa Depan Kain Kafan
Sesungguhnya, Kain kafan adalah hal yang menakutkan Tapi itu merupakan masadepan keharusan semua orang...
Kamis, 19 Mei 2011
* Tikus dunia *
Tidur hati ini melihat gelapnya kehidupan
dunia sebab penuh beban para pencari ke jayaan diri...
yang tak tahu diri saling mencari muka di hadapan para perenung diri...
Dengan senyuman seakan mengejek mereka yang tenggelam dari sinaran
kehidupan tuk gapai kenikmatan ke fanaan...
Ku duga mereka makin terkapar dalam kemiskinan kalbu
Dan terjerumus dalam siksaan batin...
Sungguh kasihan mereka di lihat karena tak kuasa
tuk melihat cahaya ketenagan jiwa...
dunia sebab penuh beban para pencari ke jayaan diri...
yang tak tahu diri saling mencari muka di hadapan para perenung diri...
Dengan senyuman seakan mengejek mereka yang tenggelam dari sinaran
kehidupan tuk gapai kenikmatan ke fanaan...
Ku duga mereka makin terkapar dalam kemiskinan kalbu
Dan terjerumus dalam siksaan batin...
Sungguh kasihan mereka di lihat karena tak kuasa
tuk melihat cahaya ketenagan jiwa...
Rabu, 13 April 2011
Kecamuk dalam jiwa
Perang jiwa telah di kumandangkan tuk menambah
ramainya gegap gempitan dunia...
apa hendak di kata semua hanya bikin kekacauan...
roda kehidupan fana ini...
Alangkah Indahnya bila rasa kasih sayang
Tercurahkan diantara para pemilik hati
Layaknya sang merpati yang mengespost
sajak-sajak kerinduan sang belahah hati...
sehingga tercapai dinamika kehidupan yang harmonis...
Semuanya sulit di capai bila munajat cinta tak
tertengadahkan oleh para pujangga cinta...
Itulah asa pada keromantisan...
ramainya gegap gempitan dunia...
apa hendak di kata semua hanya bikin kekacauan...
roda kehidupan fana ini...
Alangkah Indahnya bila rasa kasih sayang
Tercurahkan diantara para pemilik hati
Layaknya sang merpati yang mengespost
sajak-sajak kerinduan sang belahah hati...
sehingga tercapai dinamika kehidupan yang harmonis...
Semuanya sulit di capai bila munajat cinta tak
tertengadahkan oleh para pujangga cinta...
Itulah asa pada keromantisan...
Tapa dalam kelam
Sepercik kekuatan akan alam
dalam dimensi kehidupan...
Aku bertapa dalam malam yang
membuatku merasa bahwa
kamu,dia,kalian dan mereka semua
adalah alasan mengapa
hidup terasa lebih indah bagiku
sampai terkekang
hilang penat dalam pikiranku yang tak
berhujung waktu...
dalam dimensi kehidupan...
Aku bertapa dalam malam yang
membuatku merasa bahwa
kamu,dia,kalian dan mereka semua
adalah alasan mengapa
hidup terasa lebih indah bagiku
sampai terkekang
hilang penat dalam pikiranku yang tak
berhujung waktu...
Dimanakah aku dan ketenanganku.?
Ku tenggelam dalam kelam
dan menjauh tanpa bayang...
Ku coba menghela nafas dan
menelan luka yang tak
kunjung usai dan kian
merasuk tulang...
Kehidupanku yang tertancap
dalam tepian yang tak terharap,
Teriakkan namamu di kehangatan jiwamu yang
jadikan semangat dalam menapak kehidupan..
dan menjauh tanpa bayang...
Ku coba menghela nafas dan
menelan luka yang tak
kunjung usai dan kian
merasuk tulang...
Kehidupanku yang tertancap
dalam tepian yang tak terharap,
Teriakkan namamu di kehangatan jiwamu yang
jadikan semangat dalam menapak kehidupan..
Kemarilah wahai bulan
Bulan...!
Dimana cahayamu yang terang saat purnama tergenggam...?
Damaikan saat hatiku yang hilang...
Dalam sorotmu bersekeliling bintang,
tebarkan keindahan...
Dalam sunyi kau tautkan ketenangan...
Kemarilah dalam pelukan tuk lapangkan dada
yang penuh kesesakan dilanda keresahan...
Dimana cahayamu yang terang saat purnama tergenggam...?
Damaikan saat hatiku yang hilang...
Dalam sorotmu bersekeliling bintang,
tebarkan keindahan...
Dalam sunyi kau tautkan ketenangan...
Kemarilah dalam pelukan tuk lapangkan dada
yang penuh kesesakan dilanda keresahan...
*Hampa terasa hati ini*
Luluh lantak kalbu ini semenjak penyangganya
lari dari kehidupan ini entah apa sebabku
tak bisa pahami karena pikiran sibuk tuk
cari jalan pintas kepuasan diri yang selalu
menggelayuti pikiran ini...
Terangkai imbian tuk capai tujuan hati
namun masih terbujur dalam kehampaan
yang belum terpatri oleh kesejukan diri...
lari dari kehidupan ini entah apa sebabku
tak bisa pahami karena pikiran sibuk tuk
cari jalan pintas kepuasan diri yang selalu
menggelayuti pikiran ini...
Terangkai imbian tuk capai tujuan hati
namun masih terbujur dalam kehampaan
yang belum terpatri oleh kesejukan diri...
* jalan kehidupan *
Dikala sang mentari mulai menampakkan keceriannya,
Akan termuat nada memory...
Terik sinarnya seakan menjadi
penyemagat jiwa yang lara...
Bayu pagi yang semilir menggambarkan suasana yang
sejuk tuk tentramkan jiwa yang lara...
Ocehan burung kenari di rasa lebih merdu dari pada
alunan aliran musik contry bak biduan diatas panggung
Yang menunggu sorak sorai dari penonton tapi masih seakan
sepi bagi pencari jati diri...
Sang surya telah makin beranjak seakan
memperlihatkan kesombongannya sebangai
penghulu tata surya namun sinarnya begitu penting
dalam kehidupan alam semesta...
Tarik mentari siang seakan makin menusuk tulang ibarat
identitas diri kian menghilang ditelan rimbunan
ilalang menjadi cambuk bagi sang petualang...
Iringan bayu senja terasa hangat dirasakan sebangai teman
tuk menyaksikan jingganya sang lazuardi disenja hari...
Ketika mentari kian terbenam, masih tersisa kisah-kisah yang
penuh misteri yang telah terlaksanakan dalam
sehari yang dibuat memory dalam diary...
Sang malam mulai beranjak tuk memperlihatkan
cahaya tamarannya seakan mengejek pada orang-orang
yang berkalbu suram dalam tengah malam
tertengadahkan alunan munajat tuk menyelami apa arti
dunia fana ini sampai hidup pada masa kini...
Apabila sang fajar telah melihatkan kelembutannya
mengerakkan semua manusia tuk bangun dari mati
semunya guna menjalani roda kehidupan fanaknya...
Itulah rentetan perjalanan hidup manusia tiap
harinya sampai tiba kematiannya...
Akan termuat nada memory...
Terik sinarnya seakan menjadi
penyemagat jiwa yang lara...
Bayu pagi yang semilir menggambarkan suasana yang
sejuk tuk tentramkan jiwa yang lara...
Ocehan burung kenari di rasa lebih merdu dari pada
alunan aliran musik contry bak biduan diatas panggung
Yang menunggu sorak sorai dari penonton tapi masih seakan
sepi bagi pencari jati diri...
Sang surya telah makin beranjak seakan
memperlihatkan kesombongannya sebangai
penghulu tata surya namun sinarnya begitu penting
dalam kehidupan alam semesta...
Tarik mentari siang seakan makin menusuk tulang ibarat
identitas diri kian menghilang ditelan rimbunan
ilalang menjadi cambuk bagi sang petualang...
Iringan bayu senja terasa hangat dirasakan sebangai teman
tuk menyaksikan jingganya sang lazuardi disenja hari...
Ketika mentari kian terbenam, masih tersisa kisah-kisah yang
penuh misteri yang telah terlaksanakan dalam
sehari yang dibuat memory dalam diary...
Sang malam mulai beranjak tuk memperlihatkan
cahaya tamarannya seakan mengejek pada orang-orang
yang berkalbu suram dalam tengah malam
tertengadahkan alunan munajat tuk menyelami apa arti
dunia fana ini sampai hidup pada masa kini...
Apabila sang fajar telah melihatkan kelembutannya
mengerakkan semua manusia tuk bangun dari mati
semunya guna menjalani roda kehidupan fanaknya...
Itulah rentetan perjalanan hidup manusia tiap
harinya sampai tiba kematiannya...
*terlukis raut wajah sekilas pandang*
Segerombol ilalang terhempas deruan angin siang
yang ibaratkan rapuhnya suatu
ingatan seiring pergantian malam...
Terdengar desiran angin senja menusuk batasan
pendengaran seakan menjadi ujian tuk capai ketabahan...
Terlukis rautan wajah sekilas pandang yang berikan
suatu pengertian akan tujuan kehidupan...
Tapi mengapa hanya sekilas...?
Tertegun ku sepi ibarat katak dalam sekam
yang tak bisa berbuat apa-apa hingga datangnya
sang penolong jiwa...
yang ibaratkan rapuhnya suatu
ingatan seiring pergantian malam...
Terdengar desiran angin senja menusuk batasan
pendengaran seakan menjadi ujian tuk capai ketabahan...
Terlukis rautan wajah sekilas pandang yang berikan
suatu pengertian akan tujuan kehidupan...
Tapi mengapa hanya sekilas...?
Tertegun ku sepi ibarat katak dalam sekam
yang tak bisa berbuat apa-apa hingga datangnya
sang penolong jiwa...
Selasa, 12 April 2011
Kegalauan Dalam Perjalanan
Cadar kasih terhempas daun buih...
Kulit putih terkekang daun sirih...
Hati terasa ngilu pedih terlepas kekasih...
Apakah cinta itu masih....?
Awan sore bermuram durja, tak seindah saat kekasih memuja...
Tapi biarlah kekasih bersahaja bila hatiku masih meraja
Walet kecil tiada mau hinggap...
Berjuta jiwa meratap karena tiada pandangan yang tetap...
Tapi jiwa dan ragaku masih berharap akan lintasan
hanyat yang meratap...
Elang...! engkau terbang dalam tiada pandang tapi kau
hidup dengan dunia yang lapang...
Mengapa aku yang punya pikiran dan perasaan masih
dilanda ke galauan dalam perjalanan...?
Ingin ku kepakkan tangan, tapi takkan bisa ku terbang...
memang itulah yang telah tergariskan...
Tiada kuasa aku menantang...
Tuhan... Engkaulah segala harapan tuk merubah harapan...a
Kepadamu kuserahkan segala urusan...
Kulit putih terkekang daun sirih...
Hati terasa ngilu pedih terlepas kekasih...
Apakah cinta itu masih....?
Awan sore bermuram durja, tak seindah saat kekasih memuja...
Tapi biarlah kekasih bersahaja bila hatiku masih meraja
Walet kecil tiada mau hinggap...
Berjuta jiwa meratap karena tiada pandangan yang tetap...
Tapi jiwa dan ragaku masih berharap akan lintasan
hanyat yang meratap...
Elang...! engkau terbang dalam tiada pandang tapi kau
hidup dengan dunia yang lapang...
Mengapa aku yang punya pikiran dan perasaan masih
dilanda ke galauan dalam perjalanan...?
Ingin ku kepakkan tangan, tapi takkan bisa ku terbang...
memang itulah yang telah tergariskan...
Tiada kuasa aku menantang...
Tuhan... Engkaulah segala harapan tuk merubah harapan...a
Kepadamu kuserahkan segala urusan...
Regulasi
Gerimis hujan telah lama di nanti tuk membasahi gersangnya
relung hati para pencari jati diri...
Terdengar ocehan burung kutilang di pagi hari memberikan
kedamaian pada perenung hati...
Tarik mentari makin membias di penghujung hari....
Seakan tak mau berhenti tuk sinari kehidupan semesta ini...
Senja makin menyinggga sungguh indah di pandang mata...
Layaknya permata bagi wanita...
Malam semakin gelap membuat orang malas untuk menatap
karena hanya bisa tuk berharap...
relung hati para pencari jati diri...
Terdengar ocehan burung kutilang di pagi hari memberikan
kedamaian pada perenung hati...
Tarik mentari makin membias di penghujung hari....
Seakan tak mau berhenti tuk sinari kehidupan semesta ini...
Senja makin menyinggga sungguh indah di pandang mata...
Layaknya permata bagi wanita...
Malam semakin gelap membuat orang malas untuk menatap
karena hanya bisa tuk berharap...
Permata
Kemilau permata terkikir mutiara...
Betapa indah dipandang mata...
se akan tak mau berkedip tuk menikmatinya...
Hiasan dunia memang tiada tara dan tiada habisnya se akan menjadi pelipur
lara bagi yang haus akan panorama penyejuk netra...
Namun semua jangan sampai melupakan pada sang pencipta karena
semua kan sirna dengan kekuasaannya...
Terdengar lantunan ayat-ayat kekuasaannya se akan diri
seakan ini tiada apa-apanya...
Terakui kehidupan memang ada yang menciptakan tak kuasa tuk menghentikan...
Dari janin yang tak beryawa,
Lahir dalam keadaan hidup sampai menutup mata tuk selamanya...
Perjalanan hidup yang sementara yang syarat akan makna yang tidak
di mengerti oleh kebanyakan orang kecuali yang merenungi kehidupan fanaknya...
Betapa indah dipandang mata...
se akan tak mau berkedip tuk menikmatinya...
Hiasan dunia memang tiada tara dan tiada habisnya se akan menjadi pelipur
lara bagi yang haus akan panorama penyejuk netra...
Namun semua jangan sampai melupakan pada sang pencipta karena
semua kan sirna dengan kekuasaannya...
Terdengar lantunan ayat-ayat kekuasaannya se akan diri
seakan ini tiada apa-apanya...
Terakui kehidupan memang ada yang menciptakan tak kuasa tuk menghentikan...
Dari janin yang tak beryawa,
Lahir dalam keadaan hidup sampai menutup mata tuk selamanya...
Perjalanan hidup yang sementara yang syarat akan makna yang tidak
di mengerti oleh kebanyakan orang kecuali yang merenungi kehidupan fanaknya...
Salam sang mentari
Terdengar nyanyian kenari di pagi hari...
Gemercik seakan menambah ramainya buana ini...
Menghilangkan sepinya kesirnaan diri...
Terhembus sepoi angin pagi terekpos ucapan salam
dari sang mentari sebangai penghangat dinginnya relung hati...
Sinarnya berikan kehidupan bagi semesta...
Menjadi seni yang tak terkira ini...
Oh...
Betapa riangnya kalbu ini semenjak terlukis wajah
sang penyangga hati...
Sungguh tak terkira keindahannya laksana pelangi di lupuk mata
yang memperlihatkan ke cerahan berjuta warnanya seakan tak mau
pergi dari tiap pandangan semu ini...
Hasrat yang menumpuk dalam hati se akan sirna dalam hati...
Gemercik seakan menambah ramainya buana ini...
Menghilangkan sepinya kesirnaan diri...
Terhembus sepoi angin pagi terekpos ucapan salam
dari sang mentari sebangai penghangat dinginnya relung hati...
Sinarnya berikan kehidupan bagi semesta...
Menjadi seni yang tak terkira ini...
Oh...
Betapa riangnya kalbu ini semenjak terlukis wajah
sang penyangga hati...
Sungguh tak terkira keindahannya laksana pelangi di lupuk mata
yang memperlihatkan ke cerahan berjuta warnanya seakan tak mau
pergi dari tiap pandangan semu ini...
Hasrat yang menumpuk dalam hati se akan sirna dalam hati...
Di atas langit aku tercipta
Pagi dalam hampanya tatapan...
Terurai kepiluan dalam rasukan tangisan...
Meski waktu terasa cepat kian berlalu,
Jadikan tanjakan dalam titian zona kebangkitan...
Berapa kira aku ada, sekira rasa bahagia dalam
ke hangatan ke sendirian...
Apa peduli tiap hati akan diri,
Bila maksud hati ingin berdiri...
Di atas bumi aku tercipta...
Di bawah langit aku punya cinta...
Biarlah bicara pandangan mata...
Karena perjalanan bukan hanya itu semata...
Terurai kepiluan dalam rasukan tangisan...
Meski waktu terasa cepat kian berlalu,
Jadikan tanjakan dalam titian zona kebangkitan...
Berapa kira aku ada, sekira rasa bahagia dalam
ke hangatan ke sendirian...
Apa peduli tiap hati akan diri,
Bila maksud hati ingin berdiri...
Di atas bumi aku tercipta...
Di bawah langit aku punya cinta...
Biarlah bicara pandangan mata...
Karena perjalanan bukan hanya itu semata...
Bersemangatlah
Janganlah terturutkan perasaan yang ganggu pikiran...
Jadikanlah hanya hiasan yang berikan ke indahan dalam ke hidupan...
Tatap dan tataplah apa yang di citakan meski terkadang tak sesuai
dengan yang diharapkan...
Janganlah kau terturutkan mainan perasaanmu yang bikin
kegalauan dalam pikiran...
Haruskah terturutkan suatu yang bikin
kehampaan dalam kehidupan...?
Raihlah yang kau citakan dengan ketekunan dan ke sabaran...
Bukankah penguasa tiap pandangan menilai dari kepayahan
yang kamu usahakan dalam meraih yang kamu harapkan...?
Hadirkan ke pasrahan saat puncak ihtiar telah terkibar...
Guna capai ke damaian dalam jiwa dan raga yang tersebar...
Jadikanlah hanya hiasan yang berikan ke indahan dalam ke hidupan...
Tatap dan tataplah apa yang di citakan meski terkadang tak sesuai
dengan yang diharapkan...
Janganlah kau terturutkan mainan perasaanmu yang bikin
kegalauan dalam pikiran...
Haruskah terturutkan suatu yang bikin
kehampaan dalam kehidupan...?
Raihlah yang kau citakan dengan ketekunan dan ke sabaran...
Bukankah penguasa tiap pandangan menilai dari kepayahan
yang kamu usahakan dalam meraih yang kamu harapkan...?
Hadirkan ke pasrahan saat puncak ihtiar telah terkibar...
Guna capai ke damaian dalam jiwa dan raga yang tersebar...
Tampilkan senyuman dalam ke galauan
Wahai kawan...!
Adakah raasa nadam masih tertera dalam lika-liku
Kehidupanmu...?
Bukankah kau tak kan kuasa menghindarianya,
Karena kaupun masih manusia biasa...
Hilangkanlah masa-masa yang tak di kendaki hati,
Renovasilah hubungan dengan sandaran hati yang
kan kau hadapi setelah kau mati...
Terangilah jiwamu tuk hadapi perjalanan hidupmu
Yang kan cepat berlalu di telah sang waktu...!
Harapkan kedamaian saat kegalauan...
Ukirkan perasaan ketika hidup di kungkung pikiran...
Hapuslah ke kecewaan dengan senyuman...
Nikmati dan hiasi pernafasan dengan sesuatu
yang memperindah dan menghias buana kesirnaan...
Hadirkan rasa rindu akan penguasa alam...
Tuk capai hakikat dari ada sampai ketiadaan...
Adakah raasa nadam masih tertera dalam lika-liku
Kehidupanmu...?
Bukankah kau tak kan kuasa menghindarianya,
Karena kaupun masih manusia biasa...
Hilangkanlah masa-masa yang tak di kendaki hati,
Renovasilah hubungan dengan sandaran hati yang
kan kau hadapi setelah kau mati...
Terangilah jiwamu tuk hadapi perjalanan hidupmu
Yang kan cepat berlalu di telah sang waktu...!
Harapkan kedamaian saat kegalauan...
Ukirkan perasaan ketika hidup di kungkung pikiran...
Hapuslah ke kecewaan dengan senyuman...
Nikmati dan hiasi pernafasan dengan sesuatu
yang memperindah dan menghias buana kesirnaan...
Hadirkan rasa rindu akan penguasa alam...
Tuk capai hakikat dari ada sampai ketiadaan...
Merubah kegalauan dengan senyuman
Tangisan adalah penyesalan yang kan menyapu ke salahan...
Damaikan hatimu dalam hamparan langit yang bertabur bintang...
Hingga kau hilang dalam sinarnya kehidupan...
Senyuman adalah harapan tuk ampunan penguasa pernafasan...
Aku, kau, dia dan mereka semua adalah perwujudan persenyawaan
yang sama dalam keberadaan dan ke tiadaan...
Janganlah kau ragu akan langkahmu,
Biarlah hidupmu berlalu oleh ruang dan waktu...
Singkirkan belenggu yang memasung lukamu...
Aku masih ada tuk hiasi indanya harimu...
Sampai sang surya memisahkan antara kau dan aku...
Senyumlah layaknya mentari menyambut datangnya bidaddari
dan mengalah bak kau telah menangkap sebuah misteri...
Tampilkan dirimu dengan hati sanubari...
Bersanding logika yang masih nisbi...
Damaikan hatimu dalam hamparan langit yang bertabur bintang...
Hingga kau hilang dalam sinarnya kehidupan...
Senyuman adalah harapan tuk ampunan penguasa pernafasan...
Aku, kau, dia dan mereka semua adalah perwujudan persenyawaan
yang sama dalam keberadaan dan ke tiadaan...
Janganlah kau ragu akan langkahmu,
Biarlah hidupmu berlalu oleh ruang dan waktu...
Singkirkan belenggu yang memasung lukamu...
Aku masih ada tuk hiasi indanya harimu...
Sampai sang surya memisahkan antara kau dan aku...
Senyumlah layaknya mentari menyambut datangnya bidaddari
dan mengalah bak kau telah menangkap sebuah misteri...
Tampilkan dirimu dengan hati sanubari...
Bersanding logika yang masih nisbi...
Aku bukan dirimu
Aku adalah aku...
Kau adalah kau...
Dia adalah dia...
Hanya sekedar persenyawaan maya...
Kan tergerus dalam arah masa...
Kau hadir bila ku usir,kau hilang saat ku undang...
Kau ramai dalam sepi,aku sepi dalam sepi...
Nalarmu tak kan bisa menggapaiku karena nalarmu
hanya terbatas oleh ruang dan waktu...
Biarlah aku menjadi misterimu karena adaku di
antara ada dan tiada...
Kamu hanya di antara jiwa dan raga...
Dan aku ada di antara alam yang tak bisa di korek oleh logika...
Hadirmu hanya semu,tiadamu pasti berlalu...
Tuangkan dirimu dalam semedi extase jiwamu...
Kau adalah kau...
Dia adalah dia...
Hanya sekedar persenyawaan maya...
Kan tergerus dalam arah masa...
Kau hadir bila ku usir,kau hilang saat ku undang...
Kau ramai dalam sepi,aku sepi dalam sepi...
Nalarmu tak kan bisa menggapaiku karena nalarmu
hanya terbatas oleh ruang dan waktu...
Biarlah aku menjadi misterimu karena adaku di
antara ada dan tiada...
Kamu hanya di antara jiwa dan raga...
Dan aku ada di antara alam yang tak bisa di korek oleh logika...
Hadirmu hanya semu,tiadamu pasti berlalu...
Tuangkan dirimu dalam semedi extase jiwamu...
Lalui dengan nurani
Tata aturan hidup yang nyata...
Tuk capai ke damaian dunia...
Tapi engkau selalu terjaga dari
prilaku yang tak terduga...
Semua harus terlalui dengan nurani...
Rentan waktu yang lama didunia,
Seakan tiada artinya manakala ada pepatah:
"kehidupan didunia ibarat setekuk air dihamparan
padang pasir yang luas tak terkira"
Tapi isilah hidup dengan sesuatu yang bermanfaat
sampai akhir hembusan nafas kehidupan...
Tuk capai ke damaian dunia...
Tapi engkau selalu terjaga dari
prilaku yang tak terduga...
Semua harus terlalui dengan nurani...
Rentan waktu yang lama didunia,
Seakan tiada artinya manakala ada pepatah:
"kehidupan didunia ibarat setekuk air dihamparan
padang pasir yang luas tak terkira"
Tapi isilah hidup dengan sesuatu yang bermanfaat
sampai akhir hembusan nafas kehidupan...
Wajahmu menarik perhatian
Tarik siang menarik perhatian...
Dalam angan ku ingin terbang bersama awan...
Sekejap ku memandang wajah ayu rupawan...
Gejolak hasrat inginku berkenalan...
Oh mengapa mata ingin menatap...
Padahal inginku tutup rapat agar rindu tak meratap...
Wahai ilahi,jagalah diriku akan semua yang ada dalam
pandangan karena hanya rayuan yang merusak pikiran...
Dengan rahmatmu aku berjalan...
Mencari ketenangan dalam kedamaian...
Langkahkan tanjakan yang telah tergariskan...
Berharap bertemu denganmu dalam kerinduan penantian...
Dalam angan ku ingin terbang bersama awan...
Sekejap ku memandang wajah ayu rupawan...
Gejolak hasrat inginku berkenalan...
Oh mengapa mata ingin menatap...
Padahal inginku tutup rapat agar rindu tak meratap...
Wahai ilahi,jagalah diriku akan semua yang ada dalam
pandangan karena hanya rayuan yang merusak pikiran...
Dengan rahmatmu aku berjalan...
Mencari ketenangan dalam kedamaian...
Langkahkan tanjakan yang telah tergariskan...
Berharap bertemu denganmu dalam kerinduan penantian...
Akalpun berandai andai
Rintik butiran keristal hujan...
Basahi bekunya rambut yang terurai...
Termenung dalam pandangan samar...
Akal pun ber andai-andai...
Biarpun angan tembus dalam singgasana awan...
Tapi apa daya tak kuasa menggapai...
Lusuh angkuhnya dewa logika tercemar
hasrat yang tercapai...
Oh penguasa hidup...!
Engkaulah yang bisa menjadikan sesuatu
membeku atau memuai...
Jadikanlah diriku suatu ikatan yang
oleh perjalanan masa tak kan tercerai...
Dalam rimbunnya payung ilmumu,
Titian hidupku ku tabur dan ku damai...
Basahi bekunya rambut yang terurai...
Termenung dalam pandangan samar...
Akal pun ber andai-andai...
Biarpun angan tembus dalam singgasana awan...
Tapi apa daya tak kuasa menggapai...
Lusuh angkuhnya dewa logika tercemar
hasrat yang tercapai...
Oh penguasa hidup...!
Engkaulah yang bisa menjadikan sesuatu
membeku atau memuai...
Jadikanlah diriku suatu ikatan yang
oleh perjalanan masa tak kan tercerai...
Dalam rimbunnya payung ilmumu,
Titian hidupku ku tabur dan ku damai...
Meniru titik temu
Rindu dalam lautan bara...
Berlabuh dalam dermaga gejolak hati yang membara...
Tertawan cinta dalam delima rasa yang tak biasa...
Gerah akal pikirpun tak kuasa...
Awan mendung gerimis menyanjung...
Seakan alam memang terselubung...
Bak asmara yang tergantung...
Mengejar surya dalam ke hampaan maya...
Mencari titik temu dalam prolema semu...
Apakah itu cinta,ataukah hanya kamu semata...?
Suratan sudah dipastikan, pikirpun tak mampu menahan...
Berlabuh dalam dermaga gejolak hati yang membara...
Tertawan cinta dalam delima rasa yang tak biasa...
Gerah akal pikirpun tak kuasa...
Awan mendung gerimis menyanjung...
Seakan alam memang terselubung...
Bak asmara yang tergantung...
Mengejar surya dalam ke hampaan maya...
Mencari titik temu dalam prolema semu...
Apakah itu cinta,ataukah hanya kamu semata...?
Suratan sudah dipastikan, pikirpun tak mampu menahan...
Merasa sendiri
Suara, dengarkan isi hati yang terombang ambing
ke sunyian menatap rasa yang tak ada...
Mencari keteduhan hati yang sulit tuk di telusuri...
Haruskah ku jalani semua dalam sendiri...
Hargai diri dalam hitungan hari demi hari...
Tak terasa seakan hampa saat perpisahan...
Jiwa dengan raga yang fana...
ke sunyian menatap rasa yang tak ada...
Mencari keteduhan hati yang sulit tuk di telusuri...
Haruskah ku jalani semua dalam sendiri...
Hargai diri dalam hitungan hari demi hari...
Tak terasa seakan hampa saat perpisahan...
Jiwa dengan raga yang fana...
Saat saat menghawatrirkan
Terdengar suara detak jantung berdegup kencang
seakan membentak nadi yang sedang berjalan...
Mengapa, oh mengapa perpisahan sudah mulai
di canangkan
ketika rasa kasih sayang
mulai tercurahkan...
Apakah ini awal kehancuran dari
sebuah kehidupan...?
Tak bisa dipungkiri hanya renungan
yang bisa tuk terangkan...
seakan membentak nadi yang sedang berjalan...
Mengapa, oh mengapa perpisahan sudah mulai
di canangkan
ketika rasa kasih sayang
mulai tercurahkan...
Apakah ini awal kehancuran dari
sebuah kehidupan...?
Tak bisa dipungkiri hanya renungan
yang bisa tuk terangkan...
Terbui alam yang tak pasti
Gelak tawa makin membahana terdengar oleh ribuan jiwa...
seakan memenuhi liang pendengaran yang terlena
oleh alunan senada...
Oh, mengapa tangisan tak menyertainya biar menjadi
penengah diantara kakunya hati yang hanya tahu
kesenangan tapi tak tahu penderitaan...
Terbuai dalam dunia yang ilusi tak terbarengi dengan
alam pasti seakan hidup hanya terpatri oleh sistem
borjuis yang tak terhenti...
Hikayat pun bercerita rusaknya seseorang sebab kesibukan
cari kejayaan kehidupan yang melupakan dari adanya akhir
hayat dikandung badan...
Renungkanlah wahai para pencari jati diri akan hadirnya hari
kau akan lari dari kenyataan hidup ini, yaitu hari dimana engkau
kan meninggalkan urusan hidup duniamu tuk hadapi pertanggung
jawaban tingkah laku selama hidupmu...
seakan memenuhi liang pendengaran yang terlena
oleh alunan senada...
Oh, mengapa tangisan tak menyertainya biar menjadi
penengah diantara kakunya hati yang hanya tahu
kesenangan tapi tak tahu penderitaan...
Terbuai dalam dunia yang ilusi tak terbarengi dengan
alam pasti seakan hidup hanya terpatri oleh sistem
borjuis yang tak terhenti...
Hikayat pun bercerita rusaknya seseorang sebab kesibukan
cari kejayaan kehidupan yang melupakan dari adanya akhir
hayat dikandung badan...
Renungkanlah wahai para pencari jati diri akan hadirnya hari
kau akan lari dari kenyataan hidup ini, yaitu hari dimana engkau
kan meninggalkan urusan hidup duniamu tuk hadapi pertanggung
jawaban tingkah laku selama hidupmu...
Ungakapan
Sayanglah sayang orang yang mengakui
kemaujudan tak yakini kefanaan...
Bodohlah bodoh orang yang tahu keilmuan
tak tahu kemamfaatan...
Nestapalah nestapa orang yang punya kekayaan
tak mengerti semua hanya titipan...
Rugilah merugi orang yang yang rupawan
tak tersandigi prilaku yang menawan...
kemaujudan tak yakini kefanaan...
Bodohlah bodoh orang yang tahu keilmuan
tak tahu kemamfaatan...
Nestapalah nestapa orang yang punya kekayaan
tak mengerti semua hanya titipan...
Rugilah merugi orang yang yang rupawan
tak tersandigi prilaku yang menawan...
Merajut tebing jiwa
Melebar dari yang digariskan...
Memajang galau pikiran...
Terbang jauh menembus batas...
Jarak pandangpun hanya bias...
Terjun dalam dunia tak nalar...
lika-liku alam pun tercadar...
Memanjat tebing jiwa yang terkikis...
Hantarkan haluan nafas yang berdesis...
Bernyanyi dalam ruang waktu melodi diri...
Bersemedi dalam siraman tetesan anungrah ilahi...
Memajang galau pikiran...
Terbang jauh menembus batas...
Jarak pandangpun hanya bias...
Terjun dalam dunia tak nalar...
lika-liku alam pun tercadar...
Memanjat tebing jiwa yang terkikis...
Hantarkan haluan nafas yang berdesis...
Bernyanyi dalam ruang waktu melodi diri...
Bersemedi dalam siraman tetesan anungrah ilahi...
Sajak sajak kerinduan
Jaringan saraf seakan tak berfungsi
sendiri ku terjebak depresi....
Hanya nyanyian sunyi yang mengiringi
nustalgia Filosofi kehidupan fana ini...
Oh diri ini...!
Mengapa terasa sepi seakan tiada yang nenghiasi...
Ku lantunkan sajak-sajak kerinduan sebangai
penghibur diri ini yang sedang lara hati..!
Semoga cepat kembali...
sendiri ku terjebak depresi....
Hanya nyanyian sunyi yang mengiringi
nustalgia Filosofi kehidupan fana ini...
Oh diri ini...!
Mengapa terasa sepi seakan tiada yang nenghiasi...
Ku lantunkan sajak-sajak kerinduan sebangai
penghibur diri ini yang sedang lara hati..!
Semoga cepat kembali...
Sahabat
Waktu kan terus berjalan tak bisa tuk dihentikan...
Akan mengikis sendi-sendi kehidupan termasuk persahabatan...
Wahai belahan pikiran...!
Persahabatan hanyalah kefanaan bila tak tersandingi keimanan...
Aku-aku,kau-kau,dia-dia tak dapat disatukan dalam suatu ikatan...
Akan tersimpan seiring pergantian siang dan malam...
Akan mengikis sendi-sendi kehidupan termasuk persahabatan...
Wahai belahan pikiran...!
Persahabatan hanyalah kefanaan bila tak tersandingi keimanan...
Aku-aku,kau-kau,dia-dia tak dapat disatukan dalam suatu ikatan...
Akan tersimpan seiring pergantian siang dan malam...
Taman jiwa
Regulasi hidup yang mapan,
memang menjadi suatu idaman bagi tiap insan...
Tapi taman jiwa yang tenang dan hati yang tentram,
adalah urgensi kehidupan...
Janganlah engkau pungkiri akan nurani yang tersimpan dalam sanubari
agar tak terpatri pada ke egoisan diri...
Senandung gita melodi terucap dari lisan yang
kumandangkan keluasan alam pikiran
Tuk gapai masa depan yang cemerlang...
memang menjadi suatu idaman bagi tiap insan...
Tapi taman jiwa yang tenang dan hati yang tentram,
adalah urgensi kehidupan...
Janganlah engkau pungkiri akan nurani yang tersimpan dalam sanubari
agar tak terpatri pada ke egoisan diri...
Senandung gita melodi terucap dari lisan yang
kumandangkan keluasan alam pikiran
Tuk gapai masa depan yang cemerlang...
Gejolak dalam diri
Ku tertengun melihat semua yang terjadi disini...
Seakan apakah ini nyata atau fiksi yang ilusi...
Jikalau ada pengganti diri ini tuk hadapi semua ibi,
pasti kan ku serahkan urusan ini...
Hanyalah memang nyaman dipandang,namun sepah
dirasakan tanpa ada perbuatan yang bisa
mempertanggung jawabkan pada yang menciptakan...
Hembusan nafas semakin berat seakan menambah beban
Penderitaan yang sedang dihadapi sekarang ini
Sabar,tabah pasrah hanya itu yang bisa di ucapkan...
Seakan apakah ini nyata atau fiksi yang ilusi...
Jikalau ada pengganti diri ini tuk hadapi semua ibi,
pasti kan ku serahkan urusan ini...
Hanyalah memang nyaman dipandang,namun sepah
dirasakan tanpa ada perbuatan yang bisa
mempertanggung jawabkan pada yang menciptakan...
Hembusan nafas semakin berat seakan menambah beban
Penderitaan yang sedang dihadapi sekarang ini
Sabar,tabah pasrah hanya itu yang bisa di ucapkan...
Inilah alam pikirku
Ku perhatikan sekeliling putaranku..
banyak terdapat kejanggalan dalam hatiku...
seakan-akan ku tak bisa tuk menerimanya...
Sudahlah yang terjadi biarlah terjadi...!
Itulah yang tersirat dalam alam pikirku...
Tak bisa di pungkiri lagi bahwa kehidupan tak seperti yang terkira...
Tapi sudah kehendak sang kuasa...
Dari situ ku bisa menerima bahwa dalam pikirku tak kuasa tuk memandinginya...
Hanya ketundukan yang terlihat seakan mempertontonkan kelemahannya...
Duhai labuhan jiwaku...!
Berikanlah setetes asa dalam diriku supaya tergerak hasratku...
Tuk arungi kehidupan duniamu yang semu...
banyak terdapat kejanggalan dalam hatiku...
seakan-akan ku tak bisa tuk menerimanya...
Sudahlah yang terjadi biarlah terjadi...!
Itulah yang tersirat dalam alam pikirku...
Tak bisa di pungkiri lagi bahwa kehidupan tak seperti yang terkira...
Tapi sudah kehendak sang kuasa...
Dari situ ku bisa menerima bahwa dalam pikirku tak kuasa tuk memandinginya...
Hanya ketundukan yang terlihat seakan mempertontonkan kelemahannya...
Duhai labuhan jiwaku...!
Berikanlah setetes asa dalam diriku supaya tergerak hasratku...
Tuk arungi kehidupan duniamu yang semu...
Surga
Surga adalah impian semua orang,
tapi terbatas oleh sekat-sekat
yang tebal yang harus ditembus dengan usaha diri
serta munajat dan putusan ilahi...
Betapa indah membayangkan...
tapi harus ada perjuangan untuk mendapatkan...
layaknya sang pencipta yang ingin meraih kekasihnya
perlu pengorbanan,mental dan materi
untuk menggapai apa yang di inginkan...
Sedangkan adanya hasil tujuan tak kan lepas perjalanannya,
Seperti sang musafir sampai temat tujuannya, pastilah
Melalui rintangan yang berliku...
Ambillah suatu pelajaran dari apa yang semua terjadi
Sebagai canbuk penyemangat untuk menatap rentetan hidup ini...
tapi terbatas oleh sekat-sekat
yang tebal yang harus ditembus dengan usaha diri
serta munajat dan putusan ilahi...
Betapa indah membayangkan...
tapi harus ada perjuangan untuk mendapatkan...
layaknya sang pencipta yang ingin meraih kekasihnya
perlu pengorbanan,mental dan materi
untuk menggapai apa yang di inginkan...
Sedangkan adanya hasil tujuan tak kan lepas perjalanannya,
Seperti sang musafir sampai temat tujuannya, pastilah
Melalui rintangan yang berliku...
Ambillah suatu pelajaran dari apa yang semua terjadi
Sebagai canbuk penyemangat untuk menatap rentetan hidup ini...
Misteri kehidupan
Terarungi samudra kejiwaan...
ketika renungan mulai terdengungkan,
seakan indah buana ini
karena di isi berseri bunga jiwa...
Lemparan diagonal dari alur kehidupan...
tercurahkan dalam masadepan yang penuh aral melintang...
Apakah maksud dari suatu keadaan
yang tidak memahamkan akal pikiran...?
Oh...
Sungguh ku banyak merasakan ke anehan dalam setiap keadaan
yang menghimpit sendi kehidupan...
Termenung ku menatap mimpi
karena takut kan terjadi sesuatu yang tak tertendensi
yang bisa sebabkan depresi
yang mengganggu kegiatan diri untuk mengisi hari...
ketika renungan mulai terdengungkan,
seakan indah buana ini
karena di isi berseri bunga jiwa...
Lemparan diagonal dari alur kehidupan...
tercurahkan dalam masadepan yang penuh aral melintang...
Apakah maksud dari suatu keadaan
yang tidak memahamkan akal pikiran...?
Oh...
Sungguh ku banyak merasakan ke anehan dalam setiap keadaan
yang menghimpit sendi kehidupan...
Termenung ku menatap mimpi
karena takut kan terjadi sesuatu yang tak tertendensi
yang bisa sebabkan depresi
yang mengganggu kegiatan diri untuk mengisi hari...
Bersanding keyakinan
Terpampang keraguan dalam diri tuk meretas jalan kehidupan...
Gema keyakinan terus terusahankan guna menutup kekurangan...
Jika hidup cuma rautan selanyang pandang...
Seakan sia-sia semua yang telah dikerjakan...
Namun semua kan ada kemamfaatan bila tersandingi dengan keyakinan
kan adanya kewajiban kehidupan...
Wahai insan yang mengakui kemaujudan...!
Adakah suatu pengakuan akan datangnya kesirnaan yang bisa
di jadikan suatu hayatan akan hikmah dari tiap kehidupan...
Gema keyakinan terus terusahankan guna menutup kekurangan...
Jika hidup cuma rautan selanyang pandang...
Seakan sia-sia semua yang telah dikerjakan...
Namun semua kan ada kemamfaatan bila tersandingi dengan keyakinan
kan adanya kewajiban kehidupan...
Wahai insan yang mengakui kemaujudan...!
Adakah suatu pengakuan akan datangnya kesirnaan yang bisa
di jadikan suatu hayatan akan hikmah dari tiap kehidupan...
Retak harapan tak lupa bayangan
Jauh memandangmu dalam hamparan dinginnya salju...
Berjuta cerita terpampang dalam renyahnya malam...
Hilang sekejap berlama-lama dalam renungan...
Retak harapan tak lupa bayangan
Rintiknya hujan di penghujung penantian telah menghantui
Lama tak berperi diri...
Takjub petaka...
Takluk nestapa...
Lanyang membentang dalam luasnya ilalang..
Di pertengahan siang yang menyengat tulang...
Replika diri terlalu lama diyakini...
Tak tahu pasti apa yang harus dimengerti...
Guna mengisi indahnya hari yang pasti dilalui...
Berjuta cerita terpampang dalam renyahnya malam...
Hilang sekejap berlama-lama dalam renungan...
Retak harapan tak lupa bayangan
Rintiknya hujan di penghujung penantian telah menghantui
Lama tak berperi diri...
Takjub petaka...
Takluk nestapa...
Lanyang membentang dalam luasnya ilalang..
Di pertengahan siang yang menyengat tulang...
Replika diri terlalu lama diyakini...
Tak tahu pasti apa yang harus dimengerti...
Guna mengisi indahnya hari yang pasti dilalui...
Senin, 11 April 2011
Inti gelombang kehidupan
Jemari kian tergetir setelah memaikan gita memory...
Namun semua tak seberapa jika dibandingkan getirnya jiwa...
Karena bisa memusnahkan penempatan kehidupannya didunia...
Jiwa ibarat inti pusaran gelombang kehidupan yang mana darinya
kan terperoleh ketenangan dan kacaunya sebuah sistem arus kehidupan...
Wahai pemilik hati,pikiran,dan jiwa...
Adakah suatu penghayatan dari apa yang telah terjadi dari dalam diri dan sementara ini?
Engkaulah yang mendapat anungrah ilahi tuk renungi semua ini...
Namun semua tak seberapa jika dibandingkan getirnya jiwa...
Karena bisa memusnahkan penempatan kehidupannya didunia...
Jiwa ibarat inti pusaran gelombang kehidupan yang mana darinya
kan terperoleh ketenangan dan kacaunya sebuah sistem arus kehidupan...
Wahai pemilik hati,pikiran,dan jiwa...
Adakah suatu penghayatan dari apa yang telah terjadi dari dalam diri dan sementara ini?
Engkaulah yang mendapat anungrah ilahi tuk renungi semua ini...
Hidup hanyalah naungan
Hidup hanya naungan...
tak bisa abadi akan sirna diterpa oleh perjalanan zaman...
Dalam raga terdapat nyawa yang menjadi esensi
kehidupan oleh pernafasan,peredaran darah dan sistem
pencernaan yang menjadi subtansi kehidupan...
Semua berjalan dengan kehendak tuhan yang memberi
kehidupan bagi tiap insan dan hanyawan hingga
tiba hari kematian yang datang tak di undang sebangai
pembelajaran bagi orang yang beriman
yang mengakui akan adanya tuhan...
tak bisa abadi akan sirna diterpa oleh perjalanan zaman...
Dalam raga terdapat nyawa yang menjadi esensi
kehidupan oleh pernafasan,peredaran darah dan sistem
pencernaan yang menjadi subtansi kehidupan...
Semua berjalan dengan kehendak tuhan yang memberi
kehidupan bagi tiap insan dan hanyawan hingga
tiba hari kematian yang datang tak di undang sebangai
pembelajaran bagi orang yang beriman
yang mengakui akan adanya tuhan...
Penat pikiran
Penat pikiran merasuk raga saat tiada apa
Yang tercanangkan dalam abgan...
Haruskah terturuti apa yang jadi kehendak hati,
Bila semua hanya belati yang bikin jiwa mati...
Aku diamkan bayangan yang terpasung dalam kemauan...
Ku lambaikan salam perpisahan bila
Ku mengingat penguasa kehidupan...
Terhembus nafas setengah berat,
Menyimpan persoalan yang syarat...
Apalah arti masalah,
Bila tiada jawaban yangnterarah...
Mungkinkah diri ini terjembatani,
Ketika sebuah misteri tak tertangani...
Oh,Selaksa duri yang tertali dalam hati,
Hilanglah kau beriring terbitnya mentari...
Janganlah kau ganggu diri ini yang tergeletak
Dalam tautan makna hayati yang sulit di mengerti...
Yang tercanangkan dalam abgan...
Haruskah terturuti apa yang jadi kehendak hati,
Bila semua hanya belati yang bikin jiwa mati...
Aku diamkan bayangan yang terpasung dalam kemauan...
Ku lambaikan salam perpisahan bila
Ku mengingat penguasa kehidupan...
Terhembus nafas setengah berat,
Menyimpan persoalan yang syarat...
Apalah arti masalah,
Bila tiada jawaban yangnterarah...
Mungkinkah diri ini terjembatani,
Ketika sebuah misteri tak tertangani...
Oh,Selaksa duri yang tertali dalam hati,
Hilanglah kau beriring terbitnya mentari...
Janganlah kau ganggu diri ini yang tergeletak
Dalam tautan makna hayati yang sulit di mengerti...
Sadarku akan hadirku
Sadarku akan hadirku,
Gairahkan pola pikirku akan kehidupanku...
Yakinku akan tiadaku,
Rontokkan sendi-sendi puja nalarku akan adaku...
Rasaku akan satuku,
Rajutkan puing-puing lemahnya jiwaku...
Semediku akan sukmaku,
Ringankan bobot fananya ragaku...
Biarpun pelangi problema warnai hari-hariku...
Aku masih tegak menatap lazuardi biru...
Semua ada awalnya...
Semua pula kan ada ahirnya...
Meski terkadang ku menutup mata dalam meyakinkannya...
Dunia memang tidak hanya nyata...
Terkadang sesuatu yang tak kasat mata,
Membelenggu nalar dan jiwa...
Gairahkan pola pikirku akan kehidupanku...
Yakinku akan tiadaku,
Rontokkan sendi-sendi puja nalarku akan adaku...
Rasaku akan satuku,
Rajutkan puing-puing lemahnya jiwaku...
Semediku akan sukmaku,
Ringankan bobot fananya ragaku...
Biarpun pelangi problema warnai hari-hariku...
Aku masih tegak menatap lazuardi biru...
Semua ada awalnya...
Semua pula kan ada ahirnya...
Meski terkadang ku menutup mata dalam meyakinkannya...
Dunia memang tidak hanya nyata...
Terkadang sesuatu yang tak kasat mata,
Membelenggu nalar dan jiwa...
Menguak jatidiri
Rugilah merugi para pencari ke
Jayaan hidup tanpa ilmu ini...
Carilah asalmuasal kejadian diri...
Bersanding dengan perjalanan hidup diri...
tersirat tanpa kembali diri...
Tuk selami hakikat diri...
Untunglah-untung bagi setiap orang
Yang selami diri dengan petunjuk ilahi...
Seakan yang belum, sedang dan telah di
Kerjakan terpikir tuk cari ke ridloan
Sang maha suci...
Sebagai perwujudan, pensyukuran adanya
Diri di dunia ini...
Bahagialah orang yang tahu jati diri...
Yaitu orang-orang yang tahu diri dan
Sekan-akan tahu akan ilahi serta tak
Terpatri oleh bagian gegap gempitanya isi dunia ini...
Jayaan hidup tanpa ilmu ini...
Carilah asalmuasal kejadian diri...
Bersanding dengan perjalanan hidup diri...
tersirat tanpa kembali diri...
Tuk selami hakikat diri...
Untunglah-untung bagi setiap orang
Yang selami diri dengan petunjuk ilahi...
Seakan yang belum, sedang dan telah di
Kerjakan terpikir tuk cari ke ridloan
Sang maha suci...
Sebagai perwujudan, pensyukuran adanya
Diri di dunia ini...
Bahagialah orang yang tahu jati diri...
Yaitu orang-orang yang tahu diri dan
Sekan-akan tahu akan ilahi serta tak
Terpatri oleh bagian gegap gempitanya isi dunia ini...
Ke janggalan kehidupan
Sejak terdengar untaian kata yang manis
Dari pujangga hati...
Terasa diri ini sirna dari kehidupan nyata...
Entah apa penyebabnya...
Diri ini tak kuasa tuk memahaminya...
Hanya terdapat sedikit gambaran yang
Terbias dalam ke sadaran...
Tapi masih belum mampu tuk berikan suatu
Kepuasan dalam menghadapi kejanggalan...
Bahkan menambah ratapan...
Terbuai dalam mimpi yang hanya fiksi hampir
Tiap hari terjadi...
Menambah ke jenuhan yang tiada arti...
Bak menggapai bintang di penghujung hari...
Sulit tuk di mengerti bagi naluri...
Wahai para perenung mimpi...!
Betapa nisbi pikiran ini tak
kuasa tuk berikan memory...
Dari pujangga hati...
Terasa diri ini sirna dari kehidupan nyata...
Entah apa penyebabnya...
Diri ini tak kuasa tuk memahaminya...
Hanya terdapat sedikit gambaran yang
Terbias dalam ke sadaran...
Tapi masih belum mampu tuk berikan suatu
Kepuasan dalam menghadapi kejanggalan...
Bahkan menambah ratapan...
Terbuai dalam mimpi yang hanya fiksi hampir
Tiap hari terjadi...
Menambah ke jenuhan yang tiada arti...
Bak menggapai bintang di penghujung hari...
Sulit tuk di mengerti bagi naluri...
Wahai para perenung mimpi...!
Betapa nisbi pikiran ini tak
kuasa tuk berikan memory...
Amarah diri
Luapan amarah tak terkira bak tsunami
yang menggema sejak terdengarnya kisah yang menyayat hati...
Bagaimanapun juga hati adalah hati yang tak bisa
di nasehati ketika amarah menyertai...
Senandung kalam ilahi sedikit demi sedikit tersandingi...
Sehingga mampu tuk mengurangi amarah hati...
Wahai pemalas hati, berikanlah sinaran hati tuk mengintimi
dari gelapnya hati yang membuat jiwa mati tuk menerima apa yang sudah pasti...
HaruKu mendengar rintihan dari sang perindu hati...
Tapi hanya suara hati jarang terealisasi di kehidupan masakini...
Hanya jadi semacam penghias hati...
yang menggema sejak terdengarnya kisah yang menyayat hati...
Bagaimanapun juga hati adalah hati yang tak bisa
di nasehati ketika amarah menyertai...
Senandung kalam ilahi sedikit demi sedikit tersandingi...
Sehingga mampu tuk mengurangi amarah hati...
Wahai pemalas hati, berikanlah sinaran hati tuk mengintimi
dari gelapnya hati yang membuat jiwa mati tuk menerima apa yang sudah pasti...
HaruKu mendengar rintihan dari sang perindu hati...
Tapi hanya suara hati jarang terealisasi di kehidupan masakini...
Hanya jadi semacam penghias hati...
Buaian dunia
Terdiam seribu bahasa...
Menanti jawaban yang tak tersisa di penghujung usia...
Entah apa yang di kira, tak tahu jawabannya...
Senandung elegi terlantunkan oleh penyair hati tuk
berikan resapan akan semua keadaan...
Mungkin tak di mengerti kecuali sang pemilik nurani...
Terancam oleh ke nestapaan mulai membayangi alam pikiran...
Seakan tak mengrti tujuan dari jalur kehidupan yang sudah
di gambarkan oleh sang maha berkenan yang di isyaratkan
dalam firmannya...
Oh, mengapa wahai insan banyak dari engkau lupa daratan...
Seakan kehidupan dunia adalah ke abadian tak percaya kan
datangnya ke tiadaan...
Sungguh terlena oleh buaian yang menghanyutkan...
Terlena kita terlena akan semua keadaan yang
mencekik aura ke sadaran tak mapu tuk di sadarkan
pada sang maha berkenan bagi semua ke jadian kehidupan...
Menanti jawaban yang tak tersisa di penghujung usia...
Entah apa yang di kira, tak tahu jawabannya...
Senandung elegi terlantunkan oleh penyair hati tuk
berikan resapan akan semua keadaan...
Mungkin tak di mengerti kecuali sang pemilik nurani...
Terancam oleh ke nestapaan mulai membayangi alam pikiran...
Seakan tak mengrti tujuan dari jalur kehidupan yang sudah
di gambarkan oleh sang maha berkenan yang di isyaratkan
dalam firmannya...
Oh, mengapa wahai insan banyak dari engkau lupa daratan...
Seakan kehidupan dunia adalah ke abadian tak percaya kan
datangnya ke tiadaan...
Sungguh terlena oleh buaian yang menghanyutkan...
Terlena kita terlena akan semua keadaan yang
mencekik aura ke sadaran tak mapu tuk di sadarkan
pada sang maha berkenan bagi semua ke jadian kehidupan...
*serba serbi*
Terkirim berita dari belahan jiwa kan hadirnya suatu renungan...
Tuk sejukkan ke penatan yang tesimpan dalam atma berkedok kelembutan...
Oh, nestapa hidup ini bila tak tersandingi dengan ke pasrahan hadirat tuhan...
Terlampau tinggi pikiran berhayal tuk gapai suatu yang mustahil di raih
Mengapa tak terpikirkan kalau cita-cita sesuai ke ahlian diri yang di
punya bukan sesuatu yang di luar kendali...
Semua insan di anugrahi kelebihan yang berbeda tuk hiasi serba-serbi
kehidupan bumi tuk capai sesuatu yang sinergies, supaya tercipta
kehidupan yang harmonists...
Tuk sejukkan ke penatan yang tesimpan dalam atma berkedok kelembutan...
Oh, nestapa hidup ini bila tak tersandingi dengan ke pasrahan hadirat tuhan...
Terlampau tinggi pikiran berhayal tuk gapai suatu yang mustahil di raih
Mengapa tak terpikirkan kalau cita-cita sesuai ke ahlian diri yang di
punya bukan sesuatu yang di luar kendali...
Semua insan di anugrahi kelebihan yang berbeda tuk hiasi serba-serbi
kehidupan bumi tuk capai sesuatu yang sinergies, supaya tercipta
kehidupan yang harmonists...
*pengakuan*
Jikalau sengenap manusia seakan-akan sudah tiada dalam pandangan matanya,
sungguh pikiran ini bersih tuk di pasrahkan pada hadirat penciptanya...
Bila hati ini tak tertaut pada sekitarnya,
Sungguh kalbu ini tentram tuk mengabdi
pada pemberi kehidupannya...
Ketika raga ini terakui akan kesirnaannya,
Sungguh jiwa ini kuasa tuk kembali
pada tuhannya...
Apabila nafas kehidupan ini terakui ke berhentiannya,
Sungguh kan bisa menerima kefanaannya...
Untaian penyejuk jiwa yang terlukis dalam benak sang perenung
yang mengakui kesirnaan hidupnya di dunia yang tenggelam dalam
gegap gempitan buana yang fana...
sungguh pikiran ini bersih tuk di pasrahkan pada hadirat penciptanya...
Bila hati ini tak tertaut pada sekitarnya,
Sungguh kalbu ini tentram tuk mengabdi
pada pemberi kehidupannya...
Ketika raga ini terakui akan kesirnaannya,
Sungguh jiwa ini kuasa tuk kembali
pada tuhannya...
Apabila nafas kehidupan ini terakui ke berhentiannya,
Sungguh kan bisa menerima kefanaannya...
Untaian penyejuk jiwa yang terlukis dalam benak sang perenung
yang mengakui kesirnaan hidupnya di dunia yang tenggelam dalam
gegap gempitan buana yang fana...
* Panasnya Amarah Diri *
Kasih sayangMu wahai sang maha abadi...
Berikan warna berseri kehidupan ini yang tak mau kalah
oleh sang pemuja hawa nafsu diri...
Tertarik ku tuk hayati apa yang telah engkau beri...
Menjadi cambuk tuk selami dinamika roda kehidupan ini...
Yang masih penuh misteri secara aQoli...
Kapan ku bisa lepas dari belenggu amarah diri...
Yang datang tak mengenal hari...
Sungguh ku merasakan panasnya kehidupan tatkala
sang amarah diri datang tak diundang pulang pun tak diantar...
Kucoba menghela nafas dalam-dalam...
tuk mengintiminasi panasnya yang didalam...
seakan diri telah hilang dari gegap gempitanya buana alam...
Berikan warna berseri kehidupan ini yang tak mau kalah
oleh sang pemuja hawa nafsu diri...
Tertarik ku tuk hayati apa yang telah engkau beri...
Menjadi cambuk tuk selami dinamika roda kehidupan ini...
Yang masih penuh misteri secara aQoli...
Kapan ku bisa lepas dari belenggu amarah diri...
Yang datang tak mengenal hari...
Sungguh ku merasakan panasnya kehidupan tatkala
sang amarah diri datang tak diundang pulang pun tak diantar...
Kucoba menghela nafas dalam-dalam...
tuk mengintiminasi panasnya yang didalam...
seakan diri telah hilang dari gegap gempitanya buana alam...
* perlukah adanya diri? *
Saat aku kian merasa menghilang...
Karena ku pasti hilang tinggal
menunggu siang demi siang...
Ketika ke pogahan melanda,
Dan ke sadaran diri tiada tersadari...
Mungkinkah Extase hati masih menyelubungi diri...?
Bila harus menuruti arus,
Bukankah sedikit banyak kan tergerus...?
Perlukah adanya dunia dan diri...?
Sulit ku selami makna yang terkandung dalam semua ini...
Memang semua adalah ciptaan ilahi yang tak perlu
di tanya aQoli, tapi harus di mengerti nurani tuk hiasi alam ini...
Tersentak hati tak tega melihat sekeliling diri
sampai ku tak melihat diri...
Bukankah tahu diri lebih baik sebum tahu setiap
Ciptaan penguasa misteri dare ragawi sampai ruhani..
Karena ku pasti hilang tinggal
menunggu siang demi siang...
Ketika ke pogahan melanda,
Dan ke sadaran diri tiada tersadari...
Mungkinkah Extase hati masih menyelubungi diri...?
Bila harus menuruti arus,
Bukankah sedikit banyak kan tergerus...?
Perlukah adanya dunia dan diri...?
Sulit ku selami makna yang terkandung dalam semua ini...
Memang semua adalah ciptaan ilahi yang tak perlu
di tanya aQoli, tapi harus di mengerti nurani tuk hiasi alam ini...
Tersentak hati tak tega melihat sekeliling diri
sampai ku tak melihat diri...
Bukankah tahu diri lebih baik sebum tahu setiap
Ciptaan penguasa misteri dare ragawi sampai ruhani..
* Sebatas raga *
Ku cerminkan wajahku tuk tahu siapa diriku...
Hanya sebatas raga belum menyentuh jiwa...
Aku ada, sedang aku tak merasa ada...
Hanya sebatas pemikiran, bukan renungan...
Ku cari jawaban mengapa datang permasalahan...
Kuatkah aku menjadikan semuanya jadi beban pikiran...
Hanya sebatas perkiraan bukan pelaksanaan...
Sendiri aku dalam ke ramaian...
Bisakah aku tenggelam di dalamnya....?
Sedang aku hanya aku, hanya sebatas perasaan bukan kenyataan...
Hanya sebatas raga belum menyentuh jiwa...
Aku ada, sedang aku tak merasa ada...
Hanya sebatas pemikiran, bukan renungan...
Ku cari jawaban mengapa datang permasalahan...
Kuatkah aku menjadikan semuanya jadi beban pikiran...
Hanya sebatas perkiraan bukan pelaksanaan...
Sendiri aku dalam ke ramaian...
Bisakah aku tenggelam di dalamnya....?
Sedang aku hanya aku, hanya sebatas perasaan bukan kenyataan...
* Tak berdaya *
Berbusung dada aku terikat...
Bertahta wibawa aku terpikat...
Berkilau harta aku terjerat...
Bertirai ilmu aku tersesat...
Andai aku terilham semenjak berakal akan hawa hakikat,
Tak kan ku pilih semua yang empat...
Ku tersadar akan semua yang samar...
Biar aku terbelak melihat ndahnya camar...
Wahai kekasih abadi yang lebih dekat dari urat nadi...
Ke padamu aku berpasrah segenap diri...
Terimalah diriku saat ke haribaan hari...
Hanya untaian kata tak bernyawa yang termunajatkan...
Meski ku telah bersenyawa dengan ke tiadaan...
Bertahta wibawa aku terpikat...
Berkilau harta aku terjerat...
Bertirai ilmu aku tersesat...
Andai aku terilham semenjak berakal akan hawa hakikat,
Tak kan ku pilih semua yang empat...
Ku tersadar akan semua yang samar...
Biar aku terbelak melihat ndahnya camar...
Wahai kekasih abadi yang lebih dekat dari urat nadi...
Ke padamu aku berpasrah segenap diri...
Terimalah diriku saat ke haribaan hari...
Hanya untaian kata tak bernyawa yang termunajatkan...
Meski ku telah bersenyawa dengan ke tiadaan...
* Secuil aksiku *
Di mana kan ku letakkan hayatku,
Bila semua yang ada dalam pandanganku tak menerima keberadaanku...
Apakah semua tak merenungkan bahwa adaku tak bisa
di pertanyakan oleh nalar mereka.....?
Mungkin hanya secuil aksiku yang tak bisa di pikir
oleh nisbinya akal mereka...
Jadikan adaku hanya seongkok jasad yang terbuang...!
Andai semua tahu tapi tak mungkin tahu bila
pandangan mereka hanya kasat mata belaka...
Ku mengerti, ku memaklumi, aneka warna logika
adalah kekuasaan yang Esa...
Hanya satu keyakinan dalam rasa...
Aku dan semua kan binasa oleh ankuhnya masa yang datang tak terduga...
Biarlah Dan biarlah alur surya kan menjawab semuanya...
Bila semua yang ada dalam pandanganku tak menerima keberadaanku...
Apakah semua tak merenungkan bahwa adaku tak bisa
di pertanyakan oleh nalar mereka.....?
Mungkin hanya secuil aksiku yang tak bisa di pikir
oleh nisbinya akal mereka...
Jadikan adaku hanya seongkok jasad yang terbuang...!
Andai semua tahu tapi tak mungkin tahu bila
pandangan mereka hanya kasat mata belaka...
Ku mengerti, ku memaklumi, aneka warna logika
adalah kekuasaan yang Esa...
Hanya satu keyakinan dalam rasa...
Aku dan semua kan binasa oleh ankuhnya masa yang datang tak terduga...
Biarlah Dan biarlah alur surya kan menjawab semuanya...
* Bercermin matakail *
Jika mata ibarat mata kail,
Maka hati adalah gulungan senarnya yang
mengatur irama dalam sentakannya...
Ikan adalah subyek yang di cari dalam tujuannya...
Dengan ke sabaran adalah modal yang tak ternilai harganya...
Bak problema yang melanda dalam alur hayati...
Mata memandang, akal menyikapinya, hati yang memutuskannya...
Yakinlah akan ada penguasamu yang memberi kasih sayang
dalam jalanan dan masalah hidupmu...
Bukankah suatu anugrah bila cobaan di hadapi dengan
naungan jalur pencipta jiwa dan ragamu...?
Laun waktu kamu pun kan tahu, adamu hanya semu, hanya segelumit
penghias dalam luasnya ciptaan tuhanmu...
Renungkanlah dalam adanya pikiran Dan jiwamu...
Maka hati adalah gulungan senarnya yang
mengatur irama dalam sentakannya...
Ikan adalah subyek yang di cari dalam tujuannya...
Dengan ke sabaran adalah modal yang tak ternilai harganya...
Bak problema yang melanda dalam alur hayati...
Mata memandang, akal menyikapinya, hati yang memutuskannya...
Yakinlah akan ada penguasamu yang memberi kasih sayang
dalam jalanan dan masalah hidupmu...
Bukankah suatu anugrah bila cobaan di hadapi dengan
naungan jalur pencipta jiwa dan ragamu...?
Laun waktu kamu pun kan tahu, adamu hanya semu, hanya segelumit
penghias dalam luasnya ciptaan tuhanmu...
Renungkanlah dalam adanya pikiran Dan jiwamu...
* Sang pendular *
Serunai bergejolak tatkala sang pendekar datang melewatinya...
Jalaran ingin tuk melihat kewibawannya...
Namun sang pendekar dengan angkuh tak mempedulikan karena
Sudah repot tuk arungi perjuangannya...
Hanya suara desahan yang terdengar dari hembusan nafasnya...
Serunai pun tunduk lesu karena tak dapat perhatian dari idola hatinya...
Hanya tinggal harapan semu yang tertinggal darinya...
Kikuk terasa hati semenjak raibnya pedoman hati...
Namun semuanya harus di mengerti tuk memahami hikmah di balik
Semua ini untuk hakikati perjalanan kehidupan buana sirna ini...
Jalaran ingin tuk melihat kewibawannya...
Namun sang pendekar dengan angkuh tak mempedulikan karena
Sudah repot tuk arungi perjuangannya...
Hanya suara desahan yang terdengar dari hembusan nafasnya...
Serunai pun tunduk lesu karena tak dapat perhatian dari idola hatinya...
Hanya tinggal harapan semu yang tertinggal darinya...
Kikuk terasa hati semenjak raibnya pedoman hati...
Namun semuanya harus di mengerti tuk memahami hikmah di balik
Semua ini untuk hakikati perjalanan kehidupan buana sirna ini...
* kecamuk dalam diri *
Ke mana kan ku bawa tatapan nalarku...?
Di mana kan ku letakkan terapan nuraniku...?
Kapan ku kan bersemayam dalam damaiku...?
Mungkinkah adaku hanya bias-bias yang
kan terserak oleh alunan sang waktu...?
Perlukah aku minta jawaban, atau itu hanya
Sekilas pertanyaan kala ke gundahan melanda perasaan...?
Lamunanku tersentak, jiwaku pun meronta berharap secercah
sinaran menghampiri diri tuk menatap hari...
Di mana kan ku letakkan terapan nuraniku...?
Kapan ku kan bersemayam dalam damaiku...?
Mungkinkah adaku hanya bias-bias yang
kan terserak oleh alunan sang waktu...?
Perlukah aku minta jawaban, atau itu hanya
Sekilas pertanyaan kala ke gundahan melanda perasaan...?
Lamunanku tersentak, jiwaku pun meronta berharap secercah
sinaran menghampiri diri tuk menatap hari...
* Mengorek tujuan hidup *
Tiupan iringan sang bayu malam...
Terkira dalam benak tiap-tiap
kata yang telah terucapkan...
Seakan ku sanding diri ini sebagai
penghibur jiwa yang lara..
Awan tak selamanya mendung...
Begitu juga terik panas terkadang hujan...
Sungguh tak bisa di pungkiri tentang semua
Apa yang terjadi seakan meleset dari awal prediksi...
Lakaran embun suci seakan menjadi saksi bagi tiap
insan yang mengerti semua ini...
Lembayung pun tak mengetahui apa tujuan tentang apa
yang telah semua terjadi di dunia semu ini...
Terkira dalam benak tiap-tiap
kata yang telah terucapkan...
Seakan ku sanding diri ini sebagai
penghibur jiwa yang lara..
Awan tak selamanya mendung...
Begitu juga terik panas terkadang hujan...
Sungguh tak bisa di pungkiri tentang semua
Apa yang terjadi seakan meleset dari awal prediksi...
Lakaran embun suci seakan menjadi saksi bagi tiap
insan yang mengerti semua ini...
Lembayung pun tak mengetahui apa tujuan tentang apa
yang telah semua terjadi di dunia semu ini...
* Indahnya mencari tuhan *
Apabila sang senja mulai menutup mata,
Banyak misteri yang belum terkira...
Terhenti sejenak ku menatap diri...
Seakan tak mau beranjak tuk pergi...
Rentetan lika-liku diri mulai menjalar ke
Rusuk tulang yang terpatri oleh duri jati diri
Seakan tak pernah patah oleh gendewa ke hancuran...
Tergiang dalam benak realita kenikmatan...
Mencari tuhan seakan tiada bandingnya daripada
Kekayaan dan kekuasaan yang membinasakan tak dapat
Jadi suatu anggunan tuk hadapi kematian...
Banyak misteri yang belum terkira...
Terhenti sejenak ku menatap diri...
Seakan tak mau beranjak tuk pergi...
Rentetan lika-liku diri mulai menjalar ke
Rusuk tulang yang terpatri oleh duri jati diri
Seakan tak pernah patah oleh gendewa ke hancuran...
Tergiang dalam benak realita kenikmatan...
Mencari tuhan seakan tiada bandingnya daripada
Kekayaan dan kekuasaan yang membinasakan tak dapat
Jadi suatu anggunan tuk hadapi kematian...
* Hidup yang penuh segi *
Ku cari ke maawasan diri di temani cahaya bintang...
Ilhami arti yang mesti di ketahui apa yang telah penguasa beri...
Kalaupun diri masih belum mengerti,
namun sedapat mungkin aku pelajari sebelum aku rasakan mati...
Sengatan mentari di siang hari...
Terasa sepi oleh pori-pori...
Biarlah menyatu dalam diri...
Terlanjur terlalui tak dapat kembali...
Semua yang telah terjadi tak dapat terhindari...
Aku yang mengakui dari apa yang telah teranugrahi...
Dari jiwa, hati, pikiran, sukma, cinta, hidup dan apasaja
yang ada dalam diri...
Semoga menjadi penghiasku dalam menatap hari...
Siang malam, lapar kenyang tak terhiraukan..
Hanya tuk cari suatu jawaban...
Ilhami arti yang mesti di ketahui apa yang telah penguasa beri...
Kalaupun diri masih belum mengerti,
namun sedapat mungkin aku pelajari sebelum aku rasakan mati...
Sengatan mentari di siang hari...
Terasa sepi oleh pori-pori...
Biarlah menyatu dalam diri...
Terlanjur terlalui tak dapat kembali...
Semua yang telah terjadi tak dapat terhindari...
Aku yang mengakui dari apa yang telah teranugrahi...
Dari jiwa, hati, pikiran, sukma, cinta, hidup dan apasaja
yang ada dalam diri...
Semoga menjadi penghiasku dalam menatap hari...
Siang malam, lapar kenyang tak terhiraukan..
Hanya tuk cari suatu jawaban...
* Kapan ku kembali ke haribaanMu? *
Mendayu rangkaian kata...
Melukiskan hati yang di rasa...
Bintang bertaburan di langit...
Merayu lembutnya rasa yang terbesit...
Kehendak hati ingin dalam peraduan...
Tuk tenangkan hasrat yang bergejolak tak karuan...
Wahai pencipta segala perasaan...!
Hadirkan belahan pikiran dalam sekejap pandangan...
Jangan biarkan diriku dalam sunyi kesendirian...
Tuangkan secercah anugrahMu sebelum aku kembali dalam ke haribaan...
Ku untaikan munajat dalam tengah malam...
Berharap ke damaian dalam lingkup kicauan nilam....
Melukiskan hati yang di rasa...
Bintang bertaburan di langit...
Merayu lembutnya rasa yang terbesit...
Kehendak hati ingin dalam peraduan...
Tuk tenangkan hasrat yang bergejolak tak karuan...
Wahai pencipta segala perasaan...!
Hadirkan belahan pikiran dalam sekejap pandangan...
Jangan biarkan diriku dalam sunyi kesendirian...
Tuangkan secercah anugrahMu sebelum aku kembali dalam ke haribaan...
Ku untaikan munajat dalam tengah malam...
Berharap ke damaian dalam lingkup kicauan nilam....
Minggu, 10 April 2011
* Di saat heningnya malam *
Ku menatap heningnya malam...
Dalam sunyi sendiri yang mencekam...
Terbuaikan pesona ke indahan yang tiada
arti dalam hakikat kehidupan...
Haruskah tercampakkan tirai perekat
perasaan dan pikiran dalam mengeploitasi
arus yang tiada terkekang...
Mungkin perlu waktu dan tempat yang terbiaskan
ke damaian dan ke tentraman yang tertoreh dalam
sanubari yang terdalam...
Wahai penjaga semesta yang tak kasat mata,
Anugrahkanlah cinta dalam tiap pandangan yang tertata...
Hempaskanlah gelegat yang tak tertuang dalam
nalar yang tertahan dalam ruang...
Dalam sunyi sendiri yang mencekam...
Terbuaikan pesona ke indahan yang tiada
arti dalam hakikat kehidupan...
Haruskah tercampakkan tirai perekat
perasaan dan pikiran dalam mengeploitasi
arus yang tiada terkekang...
Mungkin perlu waktu dan tempat yang terbiaskan
ke damaian dan ke tentraman yang tertoreh dalam
sanubari yang terdalam...
Wahai penjaga semesta yang tak kasat mata,
Anugrahkanlah cinta dalam tiap pandangan yang tertata...
Hempaskanlah gelegat yang tak tertuang dalam
nalar yang tertahan dalam ruang...
* Antara malam dan senja *
Malam...!
Mengapa kau harus berbintang...?
Bukankah kau sudah berhias bulan..?
Kurang bersahajakah kau tanpa bintang...?
Jadilah kau teman saat ku muram...
Fajar...!
Dengan mata tertutup kau tak terkejar...
Kau jadi anugrah sendi hari yang besar...
Dalam terbitmu ragaku terkibar...
Jadilah kau dalam lembut damai jiwaku yang tersebar...
Pagi...!
Dalam cahaya mataharimu yang terbagi...
Pancarkan sinarmu pada sosok diriku yang banyak segi...
Siramilah laraku dengan hangatnya sentuhanmu biar
aku tak hanya berpikir antara untung dan merugi...
Siang...!
Dalam bias bayang...
Kau terlalu terang hingga aku melayang dalam hilang...
Kau merasuk tulang dalam tembus mata pandang...
Jadilah kau teman dalam petualang...
Senja...!
Berhias awan yang memanja...
Nalarkan akalku yang kian bersahaja...
Rengkuhlah diriku dalam sabda raja...
Mengapa kau harus berbintang...?
Bukankah kau sudah berhias bulan..?
Kurang bersahajakah kau tanpa bintang...?
Jadilah kau teman saat ku muram...
Fajar...!
Dengan mata tertutup kau tak terkejar...
Kau jadi anugrah sendi hari yang besar...
Dalam terbitmu ragaku terkibar...
Jadilah kau dalam lembut damai jiwaku yang tersebar...
Pagi...!
Dalam cahaya mataharimu yang terbagi...
Pancarkan sinarmu pada sosok diriku yang banyak segi...
Siramilah laraku dengan hangatnya sentuhanmu biar
aku tak hanya berpikir antara untung dan merugi...
Siang...!
Dalam bias bayang...
Kau terlalu terang hingga aku melayang dalam hilang...
Kau merasuk tulang dalam tembus mata pandang...
Jadilah kau teman dalam petualang...
Senja...!
Berhias awan yang memanja...
Nalarkan akalku yang kian bersahaja...
Rengkuhlah diriku dalam sabda raja...
* Ribuan bintang hiasi malam *
Ribuan bintang menghiasi malam seakan berseri
Bak bunga cinta...
Cahayanya yang tamaran bikin kalbu penasaran
tuk hinggap di tepiannya...
Tersanding purnama sang lentera malam yang makin
memperlihatkan ke sempurnaannya di tengah gelapnya malam
ibaratkan datangnya sang petualang hati yang berikan
beribu warna berseri...
Duhai penghibur hati, ku rasa kau tak pernah mati dalam sanubari
Karena jiwamu telah bersenyawa dengan ragaku sampai penghujung waktu...
Terlampau jauh ku bermimpi akan jadi apa diri ini kelak nanti...
Tak tersadari bahwasanya kehidupan sudah ada yang menentukan
setelah ada di usahakan...
Bak bunga cinta...
Cahayanya yang tamaran bikin kalbu penasaran
tuk hinggap di tepiannya...
Tersanding purnama sang lentera malam yang makin
memperlihatkan ke sempurnaannya di tengah gelapnya malam
ibaratkan datangnya sang petualang hati yang berikan
beribu warna berseri...
Duhai penghibur hati, ku rasa kau tak pernah mati dalam sanubari
Karena jiwamu telah bersenyawa dengan ragaku sampai penghujung waktu...
Terlampau jauh ku bermimpi akan jadi apa diri ini kelak nanti...
Tak tersadari bahwasanya kehidupan sudah ada yang menentukan
setelah ada di usahakan...
* Meraba wujud Robbani *
Puja lisanku dalam titian nada suara hatiku...
Senandung merdu melody munajat relung jiwaku...
Iringn syahdu malam....!
Hantar doa-doa suci bersemayam dalam damai bintang...
Peluh lidah tiada terasa, sayup mata tiada terkira
dalam naungan robbani...
Tengadah tangan tiada lelah bersanding jiwa raga
yang tunduk dan pasrah...
Tiada diri yang di cari, hanya wujud robbani
yang menari dalam sanubari...
Fajar dalam tatapan, keheningan berubah ke damaian...
Lingkup doa-doa berubah usaha, ruang dalam buaian
menjadi dunia nyata...
Senandung merdu melody munajat relung jiwaku...
Iringn syahdu malam....!
Hantar doa-doa suci bersemayam dalam damai bintang...
Peluh lidah tiada terasa, sayup mata tiada terkira
dalam naungan robbani...
Tengadah tangan tiada lelah bersanding jiwa raga
yang tunduk dan pasrah...
Tiada diri yang di cari, hanya wujud robbani
yang menari dalam sanubari...
Fajar dalam tatapan, keheningan berubah ke damaian...
Lingkup doa-doa berubah usaha, ruang dalam buaian
menjadi dunia nyata...
* Di saat jiwaku merindukanMu *
Purnama adalah bulan bersanding nama...
Terukir sebuah nama dalam pahatan relung jiwa...
Tergiang dan teringat tak jua lupa walau sesaat...
Dialah yang tanpa sekat terus melekat...
Tak kuasa diri berpisah apalagi berlari dari
tiupan RuhNya yang ciptakan adaku dari tiadaku...
Waktu dalam penantian terasa lama dalam penantian...
Ingin bertemu tapi apa daya kuasaku..?
Lakaran kerinduan merayu dalam labirin roja'ku...
Dalam ruh-ku mulai merapuh...
Lemah raga tiada terpungkiri biarlah jiwaku
yang meraja dalam Maya adanya jasadku...
Wahai ilahi...
Aku adalah perwujudan adaMu...
Paksalah ragaku tuk menghadapMu...
Walau jiwaku telah menyentuh ke agunganMu...
Tengadahkanlah tanganku dalam puja rinduku padaMu setiap waktu...
Terukir sebuah nama dalam pahatan relung jiwa...
Tergiang dan teringat tak jua lupa walau sesaat...
Dialah yang tanpa sekat terus melekat...
Tak kuasa diri berpisah apalagi berlari dari
tiupan RuhNya yang ciptakan adaku dari tiadaku...
Waktu dalam penantian terasa lama dalam penantian...
Ingin bertemu tapi apa daya kuasaku..?
Lakaran kerinduan merayu dalam labirin roja'ku...
Dalam ruh-ku mulai merapuh...
Lemah raga tiada terpungkiri biarlah jiwaku
yang meraja dalam Maya adanya jasadku...
Wahai ilahi...
Aku adalah perwujudan adaMu...
Paksalah ragaku tuk menghadapMu...
Walau jiwaku telah menyentuh ke agunganMu...
Tengadahkanlah tanganku dalam puja rinduku padaMu setiap waktu...
* Permata di malam kelam *
Redupkan cahayamu hai bintang...!
Saat awan mendung menyapamu, bukalah tiraimu...
Hempaskan segala yang halangi ke elokan sinarmu...
Kau permata di malam kelam bagi pencinta yang sedang muram...
Kepakkanlah ke agungan sayapmu...
Jangan sampai terpatah oleh kisah kasihmu...
Bersyukurlah pada penciptamu dalam terang dan pudarnya sinarmu...
Karena kau pun kan terlupakan oleh angkuhnya sang waktu...
Bersahajalah dalam gelapnya masalah...
Meski kau tak pernah kalah...
Saat awan mendung menyapamu, bukalah tiraimu...
Hempaskan segala yang halangi ke elokan sinarmu...
Kau permata di malam kelam bagi pencinta yang sedang muram...
Kepakkanlah ke agungan sayapmu...
Jangan sampai terpatah oleh kisah kasihmu...
Bersyukurlah pada penciptamu dalam terang dan pudarnya sinarmu...
Karena kau pun kan terlupakan oleh angkuhnya sang waktu...
Bersahajalah dalam gelapnya masalah...
Meski kau tak pernah kalah...
* Gurau hati dalam lamunan *
Malam berhias mendung awan...
Pikiran dan jiwa seakan tertawan...
Bersama gurau hati dalam lamunan...
Mengingat kisah hidup dalam kenangan...
Aku sendiri dalam ramai malam hari...
Terpikir apa yang kan terlalui besok oleh hari...
Terdampar dalam dermaga tak bertuan...
Tiada arah dan tujuan yang bisa di raba pikiran...
Menuruti apa yang jadi kehendak meditasi...
Meski sedikit imajinasi...
Apakah aku sedikit terilusi...?
Buana sedikit menyempit...
Sinambung jiwa yang terkait...
Mata memandang...
Pikiran menerawang...
Akupun tembus dalam garis batas awan...
Pikiran dan jiwa seakan tertawan...
Bersama gurau hati dalam lamunan...
Mengingat kisah hidup dalam kenangan...
Aku sendiri dalam ramai malam hari...
Terpikir apa yang kan terlalui besok oleh hari...
Terdampar dalam dermaga tak bertuan...
Tiada arah dan tujuan yang bisa di raba pikiran...
Menuruti apa yang jadi kehendak meditasi...
Meski sedikit imajinasi...
Apakah aku sedikit terilusi...?
Buana sedikit menyempit...
Sinambung jiwa yang terkait...
Mata memandang...
Pikiran menerawang...
Akupun tembus dalam garis batas awan...
* Lentera malam *
Malam kan terang oleh purnama,
Masih adakah dalam dada terukir sebuah nama...?
Terhapus sesak nafas yang merasuk saat hatiku membesuk...
Hapuskan ke sunyian yang tak berperasaan di tepian buaian
Tanpa ada sesuatu gangguan...
Damai terasakan di sekeliling suaramu yang
hempaskan sejenak segala kehidupan...
Hadirmu dalam sesaat, tak kuasa membendung sepercik hasrat
yang tersirat dalam dada yang tersekat...
Kepergianmu yang tak terharap, galaukan hatiku yang kian meratap...
Adakah sua dalam asa yang terpanjatkan di sekeliling doa-doa..?
Aku Dan engkau berada di antara jiwaku dan jiwamu yang hampa...
Masih adakah dalam dada terukir sebuah nama...?
Terhapus sesak nafas yang merasuk saat hatiku membesuk...
Hapuskan ke sunyian yang tak berperasaan di tepian buaian
Tanpa ada sesuatu gangguan...
Damai terasakan di sekeliling suaramu yang
hempaskan sejenak segala kehidupan...
Hadirmu dalam sesaat, tak kuasa membendung sepercik hasrat
yang tersirat dalam dada yang tersekat...
Kepergianmu yang tak terharap, galaukan hatiku yang kian meratap...
Adakah sua dalam asa yang terpanjatkan di sekeliling doa-doa..?
Aku Dan engkau berada di antara jiwaku dan jiwamu yang hampa...
* Mengintai harapan *
Nafas mengalir dalam guratan takdir...
Mengayuh hayat dalam saat demi saat...
Menguntai harapan dalam tatapan pandangan...
Dalam hati terbesit,
Apakah semuanya bisa terkait meski hanya dalam bait...?
Di manakah bertemunya semua raga,
Saat jiwa semakin tak terjaga...?
Lamunanku adalah secuil racun dalam tatapanku...
Pikiranku adalah tuan dari hatiku...
Kalbuku adalah anugrah dari yakinku...
Yakinku adalah Nur dari penciptaku...
Mengayuh hayat dalam saat demi saat...
Menguntai harapan dalam tatapan pandangan...
Dalam hati terbesit,
Apakah semuanya bisa terkait meski hanya dalam bait...?
Di manakah bertemunya semua raga,
Saat jiwa semakin tak terjaga...?
Lamunanku adalah secuil racun dalam tatapanku...
Pikiranku adalah tuan dari hatiku...
Kalbuku adalah anugrah dari yakinku...
Yakinku adalah Nur dari penciptaku...
* Hayat yang teruji *
Himpunan impian terurai,
Kusut terbuai hawa raga yang memuai...
Benih tanjakan yang di semai,
Hanyut di telan jiwa raga yang tercerai...
Sering kerap kali ujian hayat tak terselesai,
Apakah ini pertanda akalku telah terusai...
Hampir ku tundukkan kepala,
Karena merasa yang tak bias ku rasa...
Presepsi nalari di telan masa...
Prediksi jiwa itulah kuasa yang Esa...
Relung ingin bersemedi,
Menghadap dan berlabuh pada sang Abadi...
Meski ku tak abadi,
Tapi bisa bebaskah akal dari lamunan segala urusan yang terjadi...
Waktu tersentak dari glora yang bergejolak...
Sadarku tuk merangkai sendi-sendi yang retak...
Kusut terbuai hawa raga yang memuai...
Benih tanjakan yang di semai,
Hanyut di telan jiwa raga yang tercerai...
Sering kerap kali ujian hayat tak terselesai,
Apakah ini pertanda akalku telah terusai...
Hampir ku tundukkan kepala,
Karena merasa yang tak bias ku rasa...
Presepsi nalari di telan masa...
Prediksi jiwa itulah kuasa yang Esa...
Relung ingin bersemedi,
Menghadap dan berlabuh pada sang Abadi...
Meski ku tak abadi,
Tapi bisa bebaskah akal dari lamunan segala urusan yang terjadi...
Waktu tersentak dari glora yang bergejolak...
Sadarku tuk merangkai sendi-sendi yang retak...
* Ruhani dan aQoli *
Rona memerah saat sua bayangan diri,
Malu bercampur luka berbelut kesedihan...
Mengapa aku bisa begini,
Padahal tiada terpikirkan kala masih buaian...
Iangin ku meratap, ingin pula aku berharap...
Ingin ku rajut patahnya sayap-sayap...
Agar bisa mengepak lalui jalan hidup setapak demi setapak...
Penyesalan memang pendahuluan...
Tapi beranjak pada perbaikan adalah ke utamaan...
Andai di ijinkan ku mau tuk jalani adanya diri...
Agar tak melihat kesana kemari...
Agar tenang saat melihat mentari...
Wahai ilahi penguasa jiwa dan hati...
Tiada kuasa diri tuk menguak misteri ilmuMu yang sirri oleh nalari...
Bila aku hanya memandang aQoli, rusaklah ruhani tanpa tersadari...
Apalah guna ragawi yang pasti terlindas oleh hari...
Saat merasa sendiri dan kan sendiri, masihkah kan terasa kepuasan diri
Bila semua kian menghindari dari hadapan diri...
Malu bercampur luka berbelut kesedihan...
Mengapa aku bisa begini,
Padahal tiada terpikirkan kala masih buaian...
Iangin ku meratap, ingin pula aku berharap...
Ingin ku rajut patahnya sayap-sayap...
Agar bisa mengepak lalui jalan hidup setapak demi setapak...
Penyesalan memang pendahuluan...
Tapi beranjak pada perbaikan adalah ke utamaan...
Andai di ijinkan ku mau tuk jalani adanya diri...
Agar tak melihat kesana kemari...
Agar tenang saat melihat mentari...
Wahai ilahi penguasa jiwa dan hati...
Tiada kuasa diri tuk menguak misteri ilmuMu yang sirri oleh nalari...
Bila aku hanya memandang aQoli, rusaklah ruhani tanpa tersadari...
Apalah guna ragawi yang pasti terlindas oleh hari...
Saat merasa sendiri dan kan sendiri, masihkah kan terasa kepuasan diri
Bila semua kian menghindari dari hadapan diri...
* Mengorek Puing puing ke agungan *
Awan lazuardi secerah suasana hati
Bersanding jiwa yang lega...
Hadirku dalam anggapanku hanya sebatas
mengorek puing-puing ke agungan penguasaku...
Lama menanti dalam persemedian bulan dan mentari...
Menunggu ke hadirat ilahi yang menjadi kerinduan tiap Sufi...
Dalam damainya, meski belum terasa, tapi bayangan
ke bahagiaan tiada bandingan...
Kapan dan kapan, itulah pertanyaan pikiran yang tak dapat memastikan...
Terenyuh sanubari berlabuh pada sebuah dermaga sandaran yang
tak kan pernah rapuh...
Dialah penguasa raga dan sukma...
Kepunyaannya keindahan bulan purnama....
Bersanding jiwa yang lega...
Hadirku dalam anggapanku hanya sebatas
mengorek puing-puing ke agungan penguasaku...
Lama menanti dalam persemedian bulan dan mentari...
Menunggu ke hadirat ilahi yang menjadi kerinduan tiap Sufi...
Dalam damainya, meski belum terasa, tapi bayangan
ke bahagiaan tiada bandingan...
Kapan dan kapan, itulah pertanyaan pikiran yang tak dapat memastikan...
Terenyuh sanubari berlabuh pada sebuah dermaga sandaran yang
tak kan pernah rapuh...
Dialah penguasa raga dan sukma...
Kepunyaannya keindahan bulan purnama....
* WujudMu menari dalam kalbu *
CintaMu wahai penguasa cintaku...
Aku ciptakan sepanjang hayatku...
Telah lama aku mencari di mana dan
bila kapan aku bersemedi dalam naunganMu...
Apalah dayaku yang hanya sebagai hamba dalam sabda
Tak mampu meraihMu tanpa kuasaMu...
Alunan taipan daun, terkirim harapan akan anugrakMu...
TanpaMu dalam hari-hariku, menyayat dan memasung hatiku..
DiriMu seakan-akan dalam tiap kedipan mataku...
DenganMu, aku tak kan gelisah...
Aku yakin, Dan aku yang kehilangan dalam diri hanya tuk
menggapaiMu menancap dalam sanubari...
Aku Dan engkau adalah misteri...
Aku ciptakan sepanjang hayatku...
Telah lama aku mencari di mana dan
bila kapan aku bersemedi dalam naunganMu...
Apalah dayaku yang hanya sebagai hamba dalam sabda
Tak mampu meraihMu tanpa kuasaMu...
Alunan taipan daun, terkirim harapan akan anugrakMu...
TanpaMu dalam hari-hariku, menyayat dan memasung hatiku..
DiriMu seakan-akan dalam tiap kedipan mataku...
DenganMu, aku tak kan gelisah...
Aku yakin, Dan aku yang kehilangan dalam diri hanya tuk
menggapaiMu menancap dalam sanubari...
Aku Dan engkau adalah misteri...
* Rindu tiada dua *
Biarlah senyum dan tawaku,
hempaskan rasa pilu dan Lara jiwaku...
Inginku berlabuh dalam damaiku,
tuk robohkan ke mayaanku...
Hadirlah wahai penenang raga jiwaku
dalam sandaran relungku...
Biarpun kau tak tampak dalam mata pandanganku,
Engkau begitu dekat dalam mata batinku...
Kau berada dalam pankreas sukmaku...
Lembutkan kerasnya hasratku...
Tanpamu dalam hidupku bak semedi dalam bayangku...
Setiap nafas yang ku hela, tergerak rasa
tuk memanggilMu, rindu tiada dua...
Andai aku melihatMu dalam nyataku,
Akankah buta mataku Akan pandanganku..?
Biarlah rasaku terpendam oleh cahaya wujudMu...
hempaskan rasa pilu dan Lara jiwaku...
Inginku berlabuh dalam damaiku,
tuk robohkan ke mayaanku...
Hadirlah wahai penenang raga jiwaku
dalam sandaran relungku...
Biarpun kau tak tampak dalam mata pandanganku,
Engkau begitu dekat dalam mata batinku...
Kau berada dalam pankreas sukmaku...
Lembutkan kerasnya hasratku...
Tanpamu dalam hidupku bak semedi dalam bayangku...
Setiap nafas yang ku hela, tergerak rasa
tuk memanggilMu, rindu tiada dua...
Andai aku melihatMu dalam nyataku,
Akankah buta mataku Akan pandanganku..?
Biarlah rasaku terpendam oleh cahaya wujudMu...
* Letakkan dewa pikiran *
Hampiri ragamu dengan jiwamu...
Jalani hidupmu dengan nuranimu...
Tataplah nyatamu dengan iringan Ruh kalbumu...
Sadarmu akan dirimu yakinkan ke agungan penciptamu dalam adamu...
Terkesima dalam panorama alam...
Takjub akan ke ajaiban kehidupan...
Tanamkan ke Esaan dalam ke haribaan...
Berlalu pergi kenangan berujung khayalan...
Dalam impian menggapai puncak ke damaian dalam ke tenangan...
Lepaskan jubah ke wibawaan...
Letakkan dewa pikiran...
Hanyutkan ke sombongan...
Lemparkan ke egoisan dalam secuil hidayah ke tuhanan...
Biarkan surya bergerak...
Rasakan bayu berhembus...
Ikatlah akal dan hati dalam ke tauhidan...
Rajutlah raga dan jiwa dalam cahaya keyakinan...
Jalani hidupmu dengan nuranimu...
Tataplah nyatamu dengan iringan Ruh kalbumu...
Sadarmu akan dirimu yakinkan ke agungan penciptamu dalam adamu...
Terkesima dalam panorama alam...
Takjub akan ke ajaiban kehidupan...
Tanamkan ke Esaan dalam ke haribaan...
Berlalu pergi kenangan berujung khayalan...
Dalam impian menggapai puncak ke damaian dalam ke tenangan...
Lepaskan jubah ke wibawaan...
Letakkan dewa pikiran...
Hanyutkan ke sombongan...
Lemparkan ke egoisan dalam secuil hidayah ke tuhanan...
Biarkan surya bergerak...
Rasakan bayu berhembus...
Ikatlah akal dan hati dalam ke tauhidan...
Rajutlah raga dan jiwa dalam cahaya keyakinan...
* Nafas rindu padaMu *
Aku bersimpuh dalam kuasaMu...
Tangis sujud akui ketiadaanku dalam
haribaanMu hanya tuk memuliakanMu...
Senandung syair keesaanMu terlantunkan...
munajat doa ke agunganMu terpanjatkan...
Puji syukur anugrahMu terlukiskan dalam akesta kedamaian...
Tiada apa yang bisa ku lakukan
kecuali nafas rinduku padaMu...
Tiada lafadz syahdu yang bisa ku lafadzkan,
Selain harapan ridloMu pada hidupku...
Engkau hidupkan aku dengan ruhMu...
Engkau tiadakan aku dengan kehendakMu...
Terimalah daku dalam pangkuan kasih sayangMu...
Hanya untaian kata-kata tak bernyawa yang bisa ku haturkan...
Karena aku hanya secuil dari tetes rahmatMu..
Tangis sujud akui ketiadaanku dalam
haribaanMu hanya tuk memuliakanMu...
Senandung syair keesaanMu terlantunkan...
munajat doa ke agunganMu terpanjatkan...
Puji syukur anugrahMu terlukiskan dalam akesta kedamaian...
Tiada apa yang bisa ku lakukan
kecuali nafas rinduku padaMu...
Tiada lafadz syahdu yang bisa ku lafadzkan,
Selain harapan ridloMu pada hidupku...
Engkau hidupkan aku dengan ruhMu...
Engkau tiadakan aku dengan kehendakMu...
Terimalah daku dalam pangkuan kasih sayangMu...
Hanya untaian kata-kata tak bernyawa yang bisa ku haturkan...
Karena aku hanya secuil dari tetes rahmatMu..
Selamat menikmati
Diranah bahagia ini, aku bersimpuh dalam ruang hati
yang hanya terisi namaMu...
Meratap, mengiba, mencucurkan air mata demi rahmatMu...
Robbi....!
Jika aku tak sanggup buat sahabatku ini tersenyum, maka
lukiskanlah senyuman itu di bibirnya meski bukan untukku...
Jika tak sanggup aku rengkuh ia dalam kasihku, maka
belailah ia dalam surgaMu...
Jika tak sanggup aku persembahkan seluruh ragaku atas
kehinaan ini, maka engkaulah dzat yang maha miliki isi segala alam...
Selamat menikmati puisi-puisiku...!
Semoga dapat mengambil hikmamhnya...
Amien.
yang hanya terisi namaMu...
Meratap, mengiba, mencucurkan air mata demi rahmatMu...
Robbi....!
Jika aku tak sanggup buat sahabatku ini tersenyum, maka
lukiskanlah senyuman itu di bibirnya meski bukan untukku...
Jika tak sanggup aku rengkuh ia dalam kasihku, maka
belailah ia dalam surgaMu...
Jika tak sanggup aku persembahkan seluruh ragaku atas
kehinaan ini, maka engkaulah dzat yang maha miliki isi segala alam...
Selamat menikmati puisi-puisiku...!
Semoga dapat mengambil hikmamhnya...
Amien.
* Ibaku pada tuhanku *
Apalah arti adaku di hadapanMu...
Apalah guna kepintaranku dalam ilmuMu...
Apalah arti derajatku dalam keagunganMu...
Apalah guna kekayaanku di sandingMu...
Tuhan...!
Ridloilah apa yang ada dalam diriku...
Cepat laun aku kan di telan zaman...
Tak tersangka pun aku kan kembali ke haribaan...
Tak bisa aku memprediksi...
Tapi semua kan terealisasi...
Duhai penciptaku...!
Terimalah daku dalam tiap keadaan...
Engkaulah yang terharap dalam sadar dan buaiku...
Engkaulah yang mengabulkan dari segala permintaan...
Duhai penguasa hidupku...!
Tanamkanlah akan adaMu dalam kalbu...
sampai jiwaku bercerai berai dengan ragaku...
Apa yang bisa ku berikan, sedangkan engkau maha pemberi...
Apa yang bisa ku lakukan, sedangkan engkau yang maha mengatur segala keadaan...
Apa yang bisa ku banggakan, sedangkan engkau pemilik segala ke muliaan...
Apalah guna kepintaranku dalam ilmuMu...
Apalah arti derajatku dalam keagunganMu...
Apalah guna kekayaanku di sandingMu...
Tuhan...!
Ridloilah apa yang ada dalam diriku...
Cepat laun aku kan di telan zaman...
Tak tersangka pun aku kan kembali ke haribaan...
Tak bisa aku memprediksi...
Tapi semua kan terealisasi...
Duhai penciptaku...!
Terimalah daku dalam tiap keadaan...
Engkaulah yang terharap dalam sadar dan buaiku...
Engkaulah yang mengabulkan dari segala permintaan...
Duhai penguasa hidupku...!
Tanamkanlah akan adaMu dalam kalbu...
sampai jiwaku bercerai berai dengan ragaku...
Apa yang bisa ku berikan, sedangkan engkau maha pemberi...
Apa yang bisa ku lakukan, sedangkan engkau yang maha mengatur segala keadaan...
Apa yang bisa ku banggakan, sedangkan engkau pemilik segala ke muliaan...
* Rayuku kepadaMu *
Ku lantunkan semedi wirid dzikirku...
Tuk membuka pintu hatimu...
Ku lafadzkan larapan doa suciku...
Tuk merasuk relung hatimu...
Ku tengadahkan mantra munajatku dalam malamku...
Tuk menembus dimensi sukmamu...
Alunan masa tak ku rasa...
Irama waktu pun aku tak tahu...
Wahai pemilik hidupku dan hidupnya,
Semayamkanlah jiwaku dan jiwanya dalam titian hidup yang bermakna...
Tautkanlah ragaku dan raganya dalam tanjakan gapai nirwana...
Hela nafasku mengais setapak demi setapak Asa yang merasa...
Langkah kakiku mengayuh beban jiwaku yang ingin sua dengan yang tercinta...
Tatapan mataku seolah nanar oleh gejolak hasratku yang meronta...
Tuk membuka pintu hatimu...
Ku lafadzkan larapan doa suciku...
Tuk merasuk relung hatimu...
Ku tengadahkan mantra munajatku dalam malamku...
Tuk menembus dimensi sukmamu...
Alunan masa tak ku rasa...
Irama waktu pun aku tak tahu...
Wahai pemilik hidupku dan hidupnya,
Semayamkanlah jiwaku dan jiwanya dalam titian hidup yang bermakna...
Tautkanlah ragaku dan raganya dalam tanjakan gapai nirwana...
Hela nafasku mengais setapak demi setapak Asa yang merasa...
Langkah kakiku mengayuh beban jiwaku yang ingin sua dengan yang tercinta...
Tatapan mataku seolah nanar oleh gejolak hasratku yang meronta...
* Mengais longsoran perasaan *
Berbenam dalam keraguan...
Terjun tenggelam dalam palung keyakinan...
Mengais longsoran perasaan...
Merajut lembaran bayangan perjalanan...
Memburu titik tuju...
Meraih mimpi terpendam dalam kerasnya batu...
Dunia pun tak mau tahu...
Siapa yang mengerti...?
Siapa yang memahami...?
Siapa yang memaklumi...?
Siapa yang mempeduli...?.
Seakan hanya waktu yang terus menjawab...
Seakan hanya surya yang terus menatap...
Untuk apa ada mereka...?
Ada apa pula bila tiada mereka...?
Apa guna aku pikir..?
Aku tetap ada, aku hanya bayang apa yang
ada dalam pandang meski ragaku kian usang...
Terjun tenggelam dalam palung keyakinan...
Mengais longsoran perasaan...
Merajut lembaran bayangan perjalanan...
Memburu titik tuju...
Meraih mimpi terpendam dalam kerasnya batu...
Dunia pun tak mau tahu...
Siapa yang mengerti...?
Siapa yang memahami...?
Siapa yang memaklumi...?
Siapa yang mempeduli...?.
Seakan hanya waktu yang terus menjawab...
Seakan hanya surya yang terus menatap...
Untuk apa ada mereka...?
Ada apa pula bila tiada mereka...?
Apa guna aku pikir..?
Aku tetap ada, aku hanya bayang apa yang
ada dalam pandang meski ragaku kian usang...
* Kisi-kisi kehidupan *
Dalam gapai malam, menembus dimensi bintang...
Dalam rayu bulan, menguak sisi terapan pikiran...
Dalam senda keesaan, biarlah kehidupan seperjalanan tanpa batas otak kemayaan...
Dalam cakap lidah tak bertuan, anggaplah ketiadaan dalam keadaan...
Dalam sentuhan ke ruhanian, arungilah keberadaan kesirnaan...
Dalam rayu bulan, menguak sisi terapan pikiran...
Dalam senda keesaan, biarlah kehidupan seperjalanan tanpa batas otak kemayaan...
Dalam cakap lidah tak bertuan, anggaplah ketiadaan dalam keadaan...
Dalam sentuhan ke ruhanian, arungilah keberadaan kesirnaan...
* Aku jadi aku dalam aku *
Kalau ragaku telah usang...
Di telan masa yang tidak pandang orang...
Apa yang bisa ku lakukan dalam menjalani sisa kehidupan...?
Dalam tatapan malam aku bercanda dengan bintang...
Melampiaskan isi perasaan...
Biarpun apa kata orang tak ku pandang...
Biarlah aku menjadi aku alam aku...
Karena yang tahu aku hanyalah aku dan penciptaku...
Di telan masa yang tidak pandang orang...
Apa yang bisa ku lakukan dalam menjalani sisa kehidupan...?
Dalam tatapan malam aku bercanda dengan bintang...
Melampiaskan isi perasaan...
Biarpun apa kata orang tak ku pandang...
Biarlah aku menjadi aku alam aku...
Karena yang tahu aku hanyalah aku dan penciptaku...
* Hidup tak hanya penalaran *
Meratap hati menatap otak dalam bersikap...
Mengapa banyak problema belum bersikap....?
Berteduh dalam payung pikiran tak kuasa
hentikan panasnya aral ke hidupan...
Hidup tak hanya penalaran, tapi keyakinan
pantas tuk di utamakan...
Setetes embun hidayah terharap dalam hati
yang penuh gelisah agar tak salah arah...
Terhimpun karsa tuk dekat penguasa masa...
Tergerak rasa tuk berpangku pada yang Esa...
Tengadah doa tangan tiada rasa lelah...
Peluhpun tak terasa oleh lidah saat jiwa
raga telah pasrah kepada pencipta segala arah...
Mengapa banyak problema belum bersikap....?
Berteduh dalam payung pikiran tak kuasa
hentikan panasnya aral ke hidupan...
Hidup tak hanya penalaran, tapi keyakinan
pantas tuk di utamakan...
Setetes embun hidayah terharap dalam hati
yang penuh gelisah agar tak salah arah...
Terhimpun karsa tuk dekat penguasa masa...
Tergerak rasa tuk berpangku pada yang Esa...
Tengadah doa tangan tiada rasa lelah...
Peluhpun tak terasa oleh lidah saat jiwa
raga telah pasrah kepada pencipta segala arah...
* Antara sadar dan hambar aku tercipta *
Hadirku dalam hidupmu,
menyapu semacam doktrin yang kaku...
Kau berada di kala cilence soulku telah terpaku...
Apakah kau termasuk bagian hidupku.....?
Kalaupun kau masih ragu, aku pun tak menyalahkanmu...
Memang antara sadar dan hambar aku tercipta...
Bukalah pengertian, pemahaman dan penerimaan
keberadaanku di sisa hidupmu...
Terserak aku di antara anganmu...
Bearak aku di antara harapanmu...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
menyapu semacam doktrin yang kaku...
Kau berada di kala cilence soulku telah terpaku...
Apakah kau termasuk bagian hidupku.....?
Kalaupun kau masih ragu, aku pun tak menyalahkanmu...
Memang antara sadar dan hambar aku tercipta...
Bukalah pengertian, pemahaman dan penerimaan
keberadaanku di sisa hidupmu...
Terserak aku di antara anganmu...
Bearak aku di antara harapanmu...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Sabtu, 09 April 2011
* Angin surga *
Maha suci tuhan yang menciptakan manusia
berpasangan tuk cari suatu ketentraman...
Apabila di renungkan semuanya menjadi
Tanda-tanda kekuasaannya bagi tiap insan...
Jika dua hati telah tertautkan oleh sebuah
ikatan, terasa dunia bak nirwana impian yang menawan...
Tapi ingat...!
Jagalah ikatan sampai ahir hayat di kandung badan
Agar terjaga perasaan insan sampai ahir zaman...
Oleh:Muhammad sofyan atsauri
berpasangan tuk cari suatu ketentraman...
Apabila di renungkan semuanya menjadi
Tanda-tanda kekuasaannya bagi tiap insan...
Jika dua hati telah tertautkan oleh sebuah
ikatan, terasa dunia bak nirwana impian yang menawan...
Tapi ingat...!
Jagalah ikatan sampai ahir hayat di kandung badan
Agar terjaga perasaan insan sampai ahir zaman...
Oleh:Muhammad sofyan atsauri
* Di saat cinta di pertanyakan *
Bila aku ada dan tiada karena cinta,
aku letakkan di mana cinta dalam diri...?
Jika cinta adalah unsur hayati,
bolehkah ia bersemedi dengan mentari...?
Memang cinta tak kasat mata, tapi
bisa gerakkan nurani bagi yang berhati
buta yang hanya melihat hidup dari kasta dan strata...
aku letakkan di mana cinta dalam diri...?
Jika cinta adalah unsur hayati,
bolehkah ia bersemedi dengan mentari...?
Memang cinta tak kasat mata, tapi
bisa gerakkan nurani bagi yang berhati
buta yang hanya melihat hidup dari kasta dan strata...
* cinta dan diri *
Jika anggapan diri berpasrah diri...
Turuti alur naluri bukan nurani...
Bulatkan seri dalam tirani...
Bodohnya raga tak sebanding tenaga...
Cinta adalah diri...
Hakikat adalah ilahi...
Atas cinta aku ada...
Atas cinta pula aku tiada..
Memang inti dari semua yang ada adalah tiada
Kecuali sang maha ada...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Turuti alur naluri bukan nurani...
Bulatkan seri dalam tirani...
Bodohnya raga tak sebanding tenaga...
Cinta adalah diri...
Hakikat adalah ilahi...
Atas cinta aku ada...
Atas cinta pula aku tiada..
Memang inti dari semua yang ada adalah tiada
Kecuali sang maha ada...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
* Merengkuh Cita Dan Cinta *
Merengkuh cita dan cinta..
Silaukan kerlipan kedipan mata...
Meski hakikat semua tak menilai strata...
Mengapa orang masih pandang kasta...?
Lembut sua dalam Asa, rapuh raga dalam nyata...
Sejernih embun jiwa terbangkan rasa tembus angkasa..
Gema suci membungbung tinggi...
Serukan asma yang maha suci...
Nadi tergerak, jantung berdetak...
Tak kuasa jasadpun tersentak...
Terpana rasa yang tak biasa...
Seakan melayang dalam titian nirwana...
Maha suci engkau maha penguasa hati...!
Anugrahkanlah filosofi jiwa dalam aliran sukmamu kala aku masih bernama..
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Silaukan kerlipan kedipan mata...
Meski hakikat semua tak menilai strata...
Mengapa orang masih pandang kasta...?
Lembut sua dalam Asa, rapuh raga dalam nyata...
Sejernih embun jiwa terbangkan rasa tembus angkasa..
Gema suci membungbung tinggi...
Serukan asma yang maha suci...
Nadi tergerak, jantung berdetak...
Tak kuasa jasadpun tersentak...
Terpana rasa yang tak biasa...
Seakan melayang dalam titian nirwana...
Maha suci engkau maha penguasa hati...!
Anugrahkanlah filosofi jiwa dalam aliran sukmamu kala aku masih bernama..
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
* Saat jiwa tersentuh cinta *
Bila cinta menggugah rasa...
Semua yang ada dalam nyata,
Hilang dengan sekejap mata...
Tiada lagi strata...
Tiada guna kasta...
Melebur jadi satu dalam indahnya...
Janganlah meragu jika mencinta...
Tak perlu takut merasakan manisnya...
Karena itu anugrah dari yang Esa...
Dan semua insan di dunia,
Punya hak sama dalam bercinta...
Tapi ingat......!
Janganlah terjebak dalam butanya cinta...
Karena dia kan menyeretmu dalam pusaran arusnya...
Tanpa sanggup kau melepas belenggunya...
Bahkan cinta pun mampu meluluhlantakkan dunia Maya...
Serapilah maknanya....
Pahamilah intinya....
Jadilah sebenar-benarnya pencinta yang mencintai pencipta cinta...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Semua yang ada dalam nyata,
Hilang dengan sekejap mata...
Tiada lagi strata...
Tiada guna kasta...
Melebur jadi satu dalam indahnya...
Janganlah meragu jika mencinta...
Tak perlu takut merasakan manisnya...
Karena itu anugrah dari yang Esa...
Dan semua insan di dunia,
Punya hak sama dalam bercinta...
Tapi ingat......!
Janganlah terjebak dalam butanya cinta...
Karena dia kan menyeretmu dalam pusaran arusnya...
Tanpa sanggup kau melepas belenggunya...
Bahkan cinta pun mampu meluluhlantakkan dunia Maya...
Serapilah maknanya....
Pahamilah intinya....
Jadilah sebenar-benarnya pencinta yang mencintai pencipta cinta...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
* Cinat tak mudah di pahami *
Artian cinta yang tak kasat mata...
Tapi hati bisa merasa...
Sejukkan jiwa dalam kelaraan yang
merasuk pasungan jiwa...
Wacana problema yang tak terkira
tuk selesaikannya...
Tapi tak mudah di mengerti...!
Dengan cinta, masalah kadang mengalah...
Hadirkan pembelahan jiwa, raga, hati dan pikiran...
Satukanlah mereka dalam naungan filosofi kehidupan
yang tertanamkan sejak mempunyai keyakinan dan pikiran...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Tapi hati bisa merasa...
Sejukkan jiwa dalam kelaraan yang
merasuk pasungan jiwa...
Wacana problema yang tak terkira
tuk selesaikannya...
Tapi tak mudah di mengerti...!
Dengan cinta, masalah kadang mengalah...
Hadirkan pembelahan jiwa, raga, hati dan pikiran...
Satukanlah mereka dalam naungan filosofi kehidupan
yang tertanamkan sejak mempunyai keyakinan dan pikiran...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Jumat, 08 April 2011
* Cinta yang terurai *
Cinta...!
Aku Ada karena engkau, akupun tiada juga karena engkau...
Cinta...!
Anugrah terindah dari penguasa yang tak lekang oleh masa...
Cinta...!
Kau satu sisi dari jiwa lembutkan hati mahluk yang bernyawa...
Cinta...!
Tertawan aku tuk merasuk sejatimu ...
Terpasung aku tuk mengorek sejatimu ...
Cinta...!
Mentari dan purnama bersaksi akan indahmu...
Tengadah Siang dan malam membelaimu...
Cinta...!
Adamu beningkan mataku,intimu tenangkan hatiku...
Cinta...!
Dalam semediku dan sadarku, perlukah aku sampai ahir hayatku...
Cinta...!
Tiada kata lagi tuk memuji misterimu...
Muhammad sofyan atsauri
0878 3337 3332
Aku Ada karena engkau, akupun tiada juga karena engkau...
Cinta...!
Anugrah terindah dari penguasa yang tak lekang oleh masa...
Cinta...!
Kau satu sisi dari jiwa lembutkan hati mahluk yang bernyawa...
Cinta...!
Tertawan aku tuk merasuk sejatimu ...
Terpasung aku tuk mengorek sejatimu ...
Cinta...!
Mentari dan purnama bersaksi akan indahmu...
Tengadah Siang dan malam membelaimu...
Cinta...!
Adamu beningkan mataku,intimu tenangkan hatiku...
Cinta...!
Dalam semediku dan sadarku, perlukah aku sampai ahir hayatku...
Cinta...!
Tiada kata lagi tuk memuji misterimu...
Muhammad sofyan atsauri
0878 3337 3332
* Carilah cinta dengan sepenuh rasa *
Bila cinta berawal dari iba,
Berdasarkan belas kasihan belaka,
Sungguh hidup terasa tak bermakna...
Jiwa pun hampa tanpa tahu cinta sebenarnya...
Rasa bahagia tinggal kenagan saja...
Tak pernah lagi merenguk manisnya...
Tiada lagi untaian tawa...
Janganlah berpura-pura dalam mencinta...
Carilah dengan sepenuh rasa...
Yakinlah akannya hingga kau dapat temukan di mana muaranya...
Itulah sebenar-benarnya cinta...
Berdasarkan belas kasihan belaka,
Sungguh hidup terasa tak bermakna...
Jiwa pun hampa tanpa tahu cinta sebenarnya...
Rasa bahagia tinggal kenagan saja...
Tak pernah lagi merenguk manisnya...
Tiada lagi untaian tawa...
Janganlah berpura-pura dalam mencinta...
Carilah dengan sepenuh rasa...
Yakinlah akannya hingga kau dapat temukan di mana muaranya...
Itulah sebenar-benarnya cinta...
* Ketika cinta terarahkan *
Tatkala kendang cinta mulai di tabuhkan, tergerak jiwa tuk meresapi hikmahnya
Sungguh tak bisa di pungkiri bahwa cinta adalah anugrah tuhan yang di curahkan
Bagi mahluk yang mempunyai pernapasan...
Dan cinta merupakan esensi kehidupan yang patut di renungkan...
Oh, banyak kekacauan dalam perjalanan kehidupan, entah apa yang menyebabkan...?
Mungkin rasa cinta mulai tersisihkan oleh hegemony kekayaan yang menjadi pangkal
Dari semua kericuhan...
Berharap kan datangnya pujangga cinta selalu dalam benak hati sang perindu ke damaian
Yang makin muak melihat jeritan yang tak terkirakan...
Cinta, oh cinta.....!
Sungguh bagus namamu sebagus cahayamu yang bikin asri buana semu dari gersangnya rindu...
Ternyata yang di butuhkan dunia sekarang hanyalah cinta...
Dengan cinta, sendi kehidupan tertata layaknya pencinta ilmu kan giat
Tuk belajar...
Atau pencinta nyawa kan suka tuk bekerja tuk mempertahankan kehidupannya...
Sungguh tak bisa di pungkiri bahwa cinta adalah anugrah tuhan yang di curahkan
Bagi mahluk yang mempunyai pernapasan...
Dan cinta merupakan esensi kehidupan yang patut di renungkan...
Oh, banyak kekacauan dalam perjalanan kehidupan, entah apa yang menyebabkan...?
Mungkin rasa cinta mulai tersisihkan oleh hegemony kekayaan yang menjadi pangkal
Dari semua kericuhan...
Berharap kan datangnya pujangga cinta selalu dalam benak hati sang perindu ke damaian
Yang makin muak melihat jeritan yang tak terkirakan...
Cinta, oh cinta.....!
Sungguh bagus namamu sebagus cahayamu yang bikin asri buana semu dari gersangnya rindu...
Ternyata yang di butuhkan dunia sekarang hanyalah cinta...
Dengan cinta, sendi kehidupan tertata layaknya pencinta ilmu kan giat
Tuk belajar...
Atau pencinta nyawa kan suka tuk bekerja tuk mempertahankan kehidupannya...
* Ketika cinta terpisahkan *
Terlepas dalam ikatan kasih sayang baru ku rasakan...
Sungguh terasa kacau pikiran seakan tak mau beranjak dari kesenduan...
Mengapa perpisahan terjadi dalam diriku ketika
aku masih memerlukan secercah kasih sayang tuk
hangatkan kalbu dari dinginnya kesendirian...
Terkekang oleh terali jiwa malah bikin kelaraan
raga yang tak mau beranjak dari gelombang kesunyian...
Oh, adakah seberkas cahaya yang bisa di jadikan
penerang dalam gulitanya hati yang membuat hidup
sepi dari aneka ria kehidupan...
Terlalu lama ku menanti pengesposan jati diri
yang telah tergulir dari rentetan bayu yang semilir...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
KEPILUAN
Ketika mentari telah terbenam, sungguh ku
merasakan sepoinya angin senja, namun juga merasakan
ke galauan hati sebab hilangnya seorang kekasih hati...
Di mana dia sekarang...?
Apakah masih ada kesempatan bagiku untuk bertemu dengannya...?
Kalaupun tidak, adalah obat tuk sembuhkan laranya hati ini...?
Teringat lambaian tangannya ketika berpisah dariku, juga masih
tergiang senyum manis isak tangisnya yang dulu menyertaiku, namun kini
telah tiada bersama...
Mengapa perpisahan terjadi dalam hidupku ketika ku masih membutuhkan
kasihnya...
Adakah seorang pengganti walaupun hanya mirip sekilas wajah...?
Adakah sinaran menghampiri diriku tuk arungi kehidupan buana semu...?
Kisah-kisah yang dulu mencerminkan kenangan shahdu...
Berderai air mata piluku....
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
API CINTA
Tersenyum dianya padaku seraya melambaikan tangannya padaku
Seakan memberikan isyarat yang tak ku mengerti...
Terbayang keelokannya seakan membakar dinginnya salju
Tuk berikan ke hangatan kalbu ini...
Dunia seakan di penuhi oleh warna berseri bunga cinta membuatku terlena...
Hingga musim penggugura mentari seakan menyepi dan menyalalah api cinta...
Dia laksana putri yang menggambarkan cinta yang lara...
Tapi terpaksa demi menjaga cintanya...
Ku tersipu malu semenjak dia torehkan kemanjaannya tuk sampaikan
hasrat nuraninya yang terpendam di penghujung jalan...
Hanya anggukan yang ku berikan sebagai alasan yang di berikan...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Sungguh terasa kacau pikiran seakan tak mau beranjak dari kesenduan...
Mengapa perpisahan terjadi dalam diriku ketika
aku masih memerlukan secercah kasih sayang tuk
hangatkan kalbu dari dinginnya kesendirian...
Terkekang oleh terali jiwa malah bikin kelaraan
raga yang tak mau beranjak dari gelombang kesunyian...
Oh, adakah seberkas cahaya yang bisa di jadikan
penerang dalam gulitanya hati yang membuat hidup
sepi dari aneka ria kehidupan...
Terlalu lama ku menanti pengesposan jati diri
yang telah tergulir dari rentetan bayu yang semilir...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
KEPILUAN
Ketika mentari telah terbenam, sungguh ku
merasakan sepoinya angin senja, namun juga merasakan
ke galauan hati sebab hilangnya seorang kekasih hati...
Di mana dia sekarang...?
Apakah masih ada kesempatan bagiku untuk bertemu dengannya...?
Kalaupun tidak, adalah obat tuk sembuhkan laranya hati ini...?
Teringat lambaian tangannya ketika berpisah dariku, juga masih
tergiang senyum manis isak tangisnya yang dulu menyertaiku, namun kini
telah tiada bersama...
Mengapa perpisahan terjadi dalam hidupku ketika ku masih membutuhkan
kasihnya...
Adakah seorang pengganti walaupun hanya mirip sekilas wajah...?
Adakah sinaran menghampiri diriku tuk arungi kehidupan buana semu...?
Kisah-kisah yang dulu mencerminkan kenangan shahdu...
Berderai air mata piluku....
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
API CINTA
Tersenyum dianya padaku seraya melambaikan tangannya padaku
Seakan memberikan isyarat yang tak ku mengerti...
Terbayang keelokannya seakan membakar dinginnya salju
Tuk berikan ke hangatan kalbu ini...
Dunia seakan di penuhi oleh warna berseri bunga cinta membuatku terlena...
Hingga musim penggugura mentari seakan menyepi dan menyalalah api cinta...
Dia laksana putri yang menggambarkan cinta yang lara...
Tapi terpaksa demi menjaga cintanya...
Ku tersipu malu semenjak dia torehkan kemanjaannya tuk sampaikan
hasrat nuraninya yang terpendam di penghujung jalan...
Hanya anggukan yang ku berikan sebagai alasan yang di berikan...
Oleh: Muhammad sofyan atsauri
Langganan:
Komentar (Atom)